Pengamat: Ajarkan budaya bersih melalui pendidikan
Elshinta.com, Pengamat sosial dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Nia Elvina mengatakan bahwa mengajarkan budaya bersih akan lebih efektif jika dimulai melalui pendidikan.
Elshinta.com - Pengamat sosial dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta Nia Elvina mengatakan bahwa mengajarkan budaya bersih akan lebih efektif jika dimulai melalui pendidikan.
"Jika ingin menginternalisasikan ajaran budaya bersih dalam masyarakat adalah melalui pendidikan," katanya di Jakarta, Ahad.
Ia mengatakan internalisasi atau ajaran yang akan diwujudkan dalam sikap dan perilaku ini, menurutnya akan lebih efektif jika diajarkan sejak dini seperti pada anak usia dini.
"Anak-anak sejak pendidikan usia dini diajarkan untuk membiasakan atau dicontohkan budaya bersih," katanya.
Nia juga mengatakan dengan ajaran dan doktrin mengenai kebersihan seperti mencuci tangan pakai sabun sedari dini, akan muncul perilaku hidup bersih yang tertanam sampai dewasa.
Menurut dia melalui peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun ini, pemerintah ingin menginternalisasi budaya bersih dalam masyarakat.
Hal itu bisa dimulai dari institusi kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas yang menjadi contoh tempat yang bersih.
"Saya kira tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah dengan adanya peringatan cuci tangan pakai sabun adalah internalisasi budaya bersih dalam masyarakat kita," kata Nia Elvina.
Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Oktobe
Pemerintah terus menggalakkan untuk rajin mencuci tangan dengan sabun karena bisa membantu terhindar dari virus COVID-19 dan membiasakan budaya hidup bersih.
Dikutip dari media sosial Kementerian Kesehatan, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 40-60 detik adalah cara efektif mencegah penyakit dan penyebaran kuman.