40 pengelola wisata desa se Boyolali ikuti pelatihan kebersihan lingkungan dan sanitasi
Sebanyak 40 orang pengelola destinasi wisata desa di seluruh Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah diberikan pelatihan tentang kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) setempat. Kegiatan tersebut diselenggarakan di puncak bukit Gunung Merbabu di Bu Galow, Kecamatan Selo, Boyolali pada Senin (16/10/2023).
Elshinta.com - Sebanyak 40 orang pengelola destinasi wisata desa di seluruh Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah diberikan pelatihan tentang kebersihan lingkungan, sanitasi dan pengelolaan sampah dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) setempat. Kegiatan tersebut diselenggarakan di puncak bukit Gunung Merbabu di Bu Galow, Kecamatan Selo, Boyolali pada Senin (16/10/2023).
Kepala Disporapar Boyolali, Budi Prasetyaningsih mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari, dimana pada hari pertama dan kedua dilakukan teori dan hari ketiganya praktek lapangan di lokasi tempat pengolahan sampah di wilayah Banyumas.
“Dalam pelatihan ini kami mengundang empat narasumber, pertama dari Dinkes Boyolali, STP Syahid Surakarta, TPS Teras dan Sanitarian Desa Sruni, Kecamatan Musuk,” kata Budi Prasetyaningsih seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sarwoto, Selasa (17/10).
Dalam pelatihan tersebut, kata dia, para peserta dapat memahami kebersihan lingkungan pariwisata. Menurutnya, apabila lokasi pariwisata tersebut terlihat tidak bersih, maka akan terkesan kotor dan membuat tidak nyaman bagi pengunjung wisata.
“Tentunya mereka harus memahami pentingannya kebersihan lingkungan pada tempat pariwisata yang dia kelola. Tentu kalau tidak bersih akan membuat pengujung tidak nyaman, akhirnya jarang wisatawan yang datang,” ujar Budi.
Lanjut dia, dalam hal ini, para pengelola pariwisata juga harus mengetahui standar pengelolaan pariwisata termasuk pengelolaan sampah.
“Mereka juga harus dapat mengevaluasi tempat wisata masing masing. Bagaimana pengelolaan sampahnya, kebersihanya,” jelas dia.
Budi berharap, tempat destinasi wisata di wilayah Boyolali semakin bersih, sehingga berdampak positif terhadap para wisatawan.
“Kebersihan tempat wisata tersebut, juga termasuk kamar mandi. Kalau kamar mandinya pesing, bau maka akan berdampak pada kunjungan wisata,” ujarnya.
Salah satu narasumber, Sariyono mengatakan, di tempat wisata tidak terlepas dari kuliner. Sementara, dari kuliner tersebut tentu akan menghasilkan sampah.
“Dari pengelolaan wisata tersebut biasanya masih saja menyisakan timbunan sampah, terutama sampah organik yang mendudukki paling tinggi,” katanya.
Menurutnya, dengan banyaknya sampah yang menumpuk tentu akan menimbulkan bau yang menyengat serta menimbulkan lalat. Dengan begitu, sampah tersebut dilakukan pengolahan melalui metode kompos.
“Nantinya, sampah organik tersebut setiap jarinya kita giling dicampur dengan fermentasi dengan kotoran hewan. Kemudian sampah tersebut masukan ke tanah yang sudah di lubangi,dan sampah dimasukan kemudian ditutup dengan tanah. Itu salah satu materi saya dalam pelatihan ini,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu peserta Sugianto Wibowo asal Desa Paras mengutarakan, pelatihan seperti ini tentu dapat menambah wawasan terhadap para pengelola wisata.
“Setelah mendapat ilmu dari pelatihan ini akan kami terapkan ke desa kami. Ya, kalau terkait sanitasi, di tempat saya memang masih kurang,” kata dia.
Sugianto mengaku, bahwa di desanya terdapat wisata budaya peninggalangan Pakubuwono X berupa pesanggrahan. “Sampai saat ini, kami hanya mengembangkan budaya lokal saja. Kalau wisata berupa pesanggarahan petilasan dari Pakubuwono ke X,” pungkasnya.