20 November 1945: Akhir dari pertempuran di Surabaya
Elshinta.com, Pertempuran Surabaya merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, terutama terjadi pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Pertempuran ini terjadi antara 27 Oktober sampai 20 November 1945.
Elshinta.com - Pertempuran Surabaya merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, terutama terjadi pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Pertempuran ini terjadi antara 27 Oktober sampai 20 November 1945.
Pada awalnya, pertempuran dimulai sebagai respons terhadap upaya pasukan Sekutu dan Belanda untuk menguasai kembali wilayah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Surabaya menjadi salah satu pusat perlawanan dengan pasukan Indonesia yang termasuk tentara reguler dan milisi rakyat.
Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id, pada tanggal 27 Oktober, melalui pesawat Dakota beredar sebuah selebaran yang ditulis oleh Inggris. Selebaran itu disebarkan ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selebaran itu ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawton.
Isi dari selebaran tersebut ternyata adalah sebuah ultimatum yang ditujukan kepada pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak Sekutu dalam waktu 48 jam. Jika permintaan itu tidak dituruti, maka konsekuensi yang akan diterima adalah ditembaki. Hal itu membuat pasukan Indonesia di Surabaya semakin membenci pasukan Inggris dan muncul seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris dari wilayah tersebut.
Situasi memanas dan peperangan tidak bisa dihindari. Pada 27 Oktober pukul 2 siang, terjadi kontak senjata pertama antara pasukan pemuda PRISAI dan pasukan Gurka yang berasal dari pihak Sekutu. Mallaby pun mulai berani menguasai kendaraan berat pasukan Indonesia dan pihak Inggris juga mulai mengevakuasi wanita dan anak-anak dari Kamp Gubeng.
Pertempuran tidak bisa terelakkan. Gabungan antara TKR, Polisi, dan juga badan perjuangan yang menyerang Inggris di Kota Surabaya bersatu padu melawan. Serangan ini terjadi hingga 29 Oktober 1945 dan dikepalai oleh Komando Jenderal Mayor Yonosewoyo
Pada 30 Oktober 1945, pukul 20.30, mobil Buick yang ditumpangi oleh Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika melewati jembatan merah. Mereka kemudian beradu mulut dan mengakibatkan adu tembak di antara kedua pasukan tersebut.
Salah satu tembakan mengarah ke Jenderal Mallaby dan berhasil membunuhnya dengan seketika. Mobil yang digunakannya pun kemudian terbakar sehingga jasad Jenderal Mallaby mengalami luka bakar yang sangat parah dan sulit untuk dikenali. Kematian Jenderal Inggris ini membuat pasukannya marah.
Mereka bahkan mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945 dan meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap tentara Inggris. Pasukan Indonesia menolak ultimatum tersebut dan kemudian membunyikan semboyan ‘Merdeka Atau Mati’.
'Arek-arek Suroboyo' dari berbagai pasukan dikerahkan untuk berperang, KH. Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai lain sebagai tokoh besar dari kalangan agama juga turut menggerakkan santrinya untuk ikut terjun langsung dalam membela dan memperjuangkan tanah air.
Serangan berjalan alot dan berlangsung selama berhari-hari dan bahkan dari minggu ke minggu. Perlawanan rakyat Indonesia yang pada awalnya dilakukan dengan cara spontan dan tidak terkoordinasi. Akan tetapi semakin lama semakin mendapatkan ritmenya.
Bahkan pertempuran ini menghabiskan waktu selama 3 minggu. Pada pertempuran Surabaya, setidaknya terdapat 20.000 tentara dan 100.000 sukarelawan Indonesia yang ikut berjuang.
Pertempuran Surabaya ini memakan banyak sekali korban yang berjatuhan. Baik dari kalangan pasukan Indonesia maupun dari pasukan Sekutu.
Menurut catatan, pasukan Indonesia kehilangan 20.000 nyawa. Sedangkan pihak Sekutu kehilangan 1.500 nyawa. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran yang dilaksanakan selama 3 minggu dan menelan puluhan ribu korban jiwa.