PT SPSL siap dialog dengan pelaku logistik terkait evaluasi tarif Tol Cibitung-Cilincing
PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi dengan pihak pemerintah, khususnya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), guna memastikan bahwa kebijakan tarif tol Cibitung-Cilincing dapat memberikan dampak positif terhadap efisiensi serta keberlanjutan sektor logistik di Indonesia.
Elshinta.com - PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi dengan pihak pemerintah, khususnya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), guna memastikan bahwa kebijakan tarif tol Cibitung-Cilincing dapat memberikan dampak positif terhadap efisiensi serta keberlanjutan sektor logistik di Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons atas keluhan sejumlah pelaku industri logistik yang menilai tarif tol Cibitung-Cilincing cukup memberatkan.
Joko mengakui bahwa penetapan tarif tol adalah kewenangan BPJT, yang didasarkan pada kajian menyeluruh yang mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari biaya pembangunan, pemeliharaan, hingga dampak terhadap sektor logistik dan perekonomian secara keseluruhan.
Meski demikian, SPSL tetap membuka peluang dialog lebih lanjut dengan pelaku industri logistik guna menggali lebih banyak masukan, terutama terkait tarif tol yang dinilai bisa mempengaruhi kelancaran distribusi barang.
"Kami siap berdiskusi lebih jauh dengan dunia usaha untuk mencari solusi terbaik," imbuhnya, seperti dalam rilis yang diterima Redaksi Elshinta.com.
Pada kesempatan yang sama, Noerhudha juga mengungkapkan beberapa pencapaian penting SPSL hingga triwulan III 2024. Perusahaan berhasil meraih pendapatan usaha sebesar Rp 1,38 triliun, meningkat 2,63 persen dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), serta tumbuh 2,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi operasional, volume gudang SPSL tercatat mencapai 116,8 ribu ton/m³, dengan kapasitas lapangan yang mencapai 110,59 ribu boks dan tingkat okupansi gedung mencapai 80,4 persen. Pertumbuhan kawasan industri Indonesia, yang mencatatkan kenaikan 57 persen dalam tujuh tahun terakhir, turut membuka peluang bagi pengembangan sektor logistik.
SPSL juga mencatatkan proyeksi pengeluaran logistik nasional yang diperkirakan akan mencapai Rp 3.839 triliun pada 2026, dengan sektor-sektor seperti fast-moving consumer goods (FMCG), e-commerce, dan farmasi yang menjadi penggerak utama. "Peluang besar terbuka bagi layanan logistik, khususnya untuk segmen first dan middle mile," tambahnya.
Di tengah peluang besar ini, SPSL terus fokus pada pengembangan infrastruktur strategis, seperti Kawasan Pendukung Kijing, Kawasan Industri Kuala Tanjung, dan Integrated Logistics Center Tanjung Priok. Tak hanya itu, perusahaan juga memperkuat jaringan logistik multimoda yang kini telah mencakup wilayah Jabodetabek, Sumatera Utara, dan Jawa Timur.
Untuk mendukung efisiensi operasional, SPSL terus memperluas digitalisasi logistik melalui sistem real-time reconciliation dan track & trace, yang diharapkan dapat meningkatkan akurasi serta kecepatan layanan. Di sisi internasional, SPSL semakin memperluas jaringan ke sejumlah negara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, India, dan China, untuk mendukung pasar ekspor Indonesia.
Dengan semangat untuk terus mengoptimalkan sektor logistik nasional, SPSL berkomitmen menjadi penyedia solusi logistik terintegrasi yang dapat mendukung efisiensi biaya dan kelancaran logistik di Indonesia.