Natal momentum bergandengan tangan di tengah keberagaman

Setiap tanggal 25 Desember, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan hari kelahiran Isa Al Masih, tak terkecuali di Indonesia. Umat Kristiani menyambut dengan suka cita perayaan hari suci itu. Perayaan Natal tahun 2024 yang mengambil tema \\\"Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem\\\" memiliki pesan yang kuat untuk kembali pada semangat dan nilai spiritual Kelahiran Yesus Kristus.

Update: 2024-12-20 22:58 GMT
Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia KWI, Romo Paulus Christian Siswantoko (Foto : Istimewa)

Elshinta.com - Setiap tanggal 25 Desember, umat Kristiani di seluruh dunia merayakan hari kelahiran Isa Al Masih, tak terkecuali di Indonesia. Umat Kristiani menyambut dengan suka cita perayaan hari suci itu.  Perayaan Natal tahun 2024 yang mengambil tema "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" memiliki pesan yang kuat untuk kembali pada semangat dan nilai spiritual Kelahiran Yesus Kristus.   

Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia KWI, Romo Paulus Christian Siswantoko menjelaskan, tema tersebut diambil dari cuplikan kitab suci Injil Lukas Bab II ayat 15. Romo Paulus yang akrab disapa Romo Koko menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya penentuan tema Natal  telah melalui berbagai tahap yang kemudian disepakati oleh KWI dan PGI, dan ini menjadi agenda rutin sebagai contoh dari semangat Oikumene (Persaudaraan ),

"Meski kami berbeda, kami bisa berjalan bersama, saling sumbang pendapat, saran, gagasan, pemikiran hingga lahirlah pesan Natal bersama sama KWI dan PGI," jelas Romo Koko dalam wawancara Program Talk Higlight di Radio Elshinta. 

Secara historis Romo Koko menceritakan, tema tersebut diambil dari kisah kelahiran Yesus, ada tokoh gembala, jadi para gembala itu mendapatkan kabar malaikat, bahwa Yesus lahir di Betlehem, lalu mereka bergegas untuk menemui Yesus di Betlehem, lalu mereka berkata "marilah sekaran kita pergi ke betlehem". 

Secara ranah sosial, gembala itu digambarkan sebagai kelompok masyarakat yang  kurang diperhitungkan, diremehken bahkan  dipandang sebelah mata. Tetapi yang menarik justru mereka inilah yg pertama kali mendapat kabar keselamatan tentang Yesus yang lahir. Hal ini  dapat diartikan secara  simbolis bahwa Allah memang hadir ke dunia untuk  mencintai semua umat manusia yang lemah, yang rapuh, miskin, tersingkir dan sering tidak diperhatikan. 

Lalu mereka ini (para gembala) berjalan besama-sama, tidak sendiri-sendiri. Inilah pesan utama yang ingin diambil, bahwa Natal ini harapannya umat Katolik, umat Kristen itu bisa segera merekatkan persaudaraan, entah dalam keluarga, komunitas, untuk  berjalan besama menemui Yesus, kerendahan hati, kesucian, kebaikan, berbagi kasih dengan sesama. 

Namun dalam arti lebih luas, baik umat Kalolik maupun umat Protestan memandang bahwa dalam Natal tidak lagi membedakan suku, golongan, warna kulit dan sebagainya. Sebab meraka adalah saudara sehingga menjadi momen yang pas untuk bergandengan tangan, membuka hati agar hidup bisa lebih damai, nyaman dan sejahtera. 

Dalam kesempatan tersebut Romo Koko juga menyebut dalam toleransi dan moderasi terdapat nilai nilai kemanusiaan yang harus dipegang teguh oleh semua umat beragama, dengan Toleransi dan Moderasi keberagaman yang ada di Indonesia hingga kini tetap terjaga dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa peristiwa politik yang telah dilalui bersama. Mulai dari Pemilihan Presiden, Pemilihan Legislatif hingga Pemilihan Kepala Daerah yang baru saja berlangsung.

" Hampir tak ada isu sara yang terjadi selama gelaran peristiwa tersebut," ujar Romo Koko. 

Ini membuktikan bahwa masyarakat kita sudah cerdas melihat perbedaan dan perbedaan itu membuktikan tidak menjadi pemicu perpecahan, perbedaan itu justru menjadi inspirasi, menghormati, saling melengkapi, saling mengisi bahkan saling belajar satu dengan yang lain.

"Jjadi secara umum menurut saya kerukunan umat beragama di Indonesia itu baik," ujarnya. 

Dalam kesempatan itu Romo Koko juga mengatakan kerukunan antar umat beragama juga menjadi penting tatkala kita sebagai bangsa masih menghadapi berbagai persoalan, diantaranya kemiskinan, kekerasan, ketidakadilan gender, perdagangan manusia, kerusakan alam dan lainnya. Ini menjadi persoalan besar yang tidak mungkin bisa diselesaikan oleh satu agama.

"Tetapi jika seluruh umat beragama di Indonesia bergandengan tangan mengembangkan berbagai potensi yang ada untuk menghadapi dan mencari solusi tepat dari berbagai poersoalan besar itu rasanya itu menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan," pungkas Romo Koko.

Penulis : Suwiryo

Tags:    

Similar News