Ramadan di Istiqlal: Ramadan dan semangat Nasionalisme, Harmoni Agama dan Negara
Temukan bagaimana Ramadan menjadi momen untuk memperkuat nasionalisme dan patriotisme di Indonesia. Harmoni antara agama dan negara telah menjadi kekuatan utama dalam menjaga persatuan dan kerukunan umat beragama.
Elshinta.com - Alhamdulillah, para pendengar yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala, hari ini kita kembali bertemu untuk mendiskusikan sebuah topik yang sangat penting: bagaimana menjadikan agama sebagai energi yang membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme. Agama dan negara harus saling mendukung dan memperkuat, bukan melemahkan satu sama lain. Dalam konteks ini, Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman dapat bersatu dalam harmoni.
Indonesia: Negeri Plural yang Rukun
Indonesia adalah negara yang sangat plural. Dengan lebih dari 15.000 pulau, 7.000 etnis, dan lebih dari 500 bahasa daerah, Indonesia tetap menjadi negara yang rukun dan damai. Bandingkan dengan negara-negara lain yang jumlah etnisnya jauh lebih sedikit, tetapi sering dilanda konflik. Mengapa Indonesia bisa tetap bersatu? Jawabannya adalah kerja sama yang solid antara umat beragama dan negarawan yang mencintai agamanya, serta pemuka agama yang mendukung negaranya.
Keberagaman ini adalah kekayaan yang harus kita jaga dan wariskan kepada anak cucu kita. Sejarah membuktikan bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme para pendiri bangsa sangat besar, salah satunya terlihat dalam perubahan Piagam Jakarta menjadi Pancasila.
Peran Pancasila dalam Menyatukan Bangsa
Pada awalnya, Piagam Jakarta memuat rumusan "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya." Namun, demi menjaga persatuan bangsa, para pendiri negara sepakat untuk mengubahnya menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa." Keputusan ini diambil agar semua elemen bangsa dapat merasa memiliki dasar negara yang inklusif dan tidak menimbulkan perpecahan.
Bayangkan jika Piagam Jakarta tetap dipertahankan. Indonesia memiliki banyak organisasi Islam, mulai dari Muhammadiyah, NU, hingga berbagai aliran teologi seperti Asy’ariyah, Maturidiyah, Wahabi, dan Syiah. Keberagaman ini bisa menjadi tantangan jika tidak ada titik temu yang menyatukan. Namun, dengan Pancasila sebagai dasar negara, Indonesia justru semakin kuat dan stabil.
Menjaga Warisan Para Pendiri Bangsa
Keputusan para pendiri bangsa untuk mengedepankan persatuan adalah pengorbanan besar yang patut kita hormati. Oleh karena itu, kita harus menjaga Pancasila sebagai karya besar para pendahulu kita. Jangan sampai ada pihak yang mengkhianati nilai-nilai yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Ramadan ini adalah momen yang tepat untuk merefleksikan peran kita dalam menjaga harmoni antara agama dan negara. Marilah kita terus memperkuat persatuan, menjaga kerukunan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.
Ramadan Di Istiqlal, bersama Menteri Agama RI sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal Prof DR. K.H. Nasaruddin Umar, MA. Setiap hari selama ramadan 1446 H pukul 09.00 WIB.
Acara ini di dukung oleh Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia