Hukama: Merawat persatuan di tengah perbedaan

Ramadan mengajarkan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan. Pelajari bagaimana toleransi dalam Islam dapat memperkuat harmoni sosial dan membangun bangsa yang lebih maju.

Update: 2025-03-04 14:35 GMT
Sumber foto: Radio Elshinta

Elshinta.com - Para pendengar yang dirahmati Allah, Ramadan adalah bulan penuh berkah yang mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman. Perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah belah, tetapi justru menjadi sarana untuk membangun toleransi dan saling menghormati. Dalam ajaran Islam, perbedaan mazhab, baik dalam fikih maupun akidah, seharusnya tidak menjadi pemicu perpecahan, melainkan sebagai rahmat yang memperkaya wawasan kita dalam memahami syariat.

Perbedaan adalah Rahmat
Syariat Allah adalah satu, namun ketika diterjemahkan dalam fikih, akan ada perbedaan dalam interpretasi ulama. Fikih merupakan hasil pemahaman ulama terhadap syariat, dan karena itu, perbedaan dalam fikih adalah sesuatu yang wajar. Ada tiga alasan utama mengapa perbedaan dalam fikih seharusnya dihormati:

1. Memperluas Wawasan: Kita bisa melihat berbagai perspektif ulama dalam memahami hukum-hukum Islam.
2. Memilih yang Lebih Maslahat: Dengan memahami perbedaan pendapat, kita dapat memilih mana yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kita.
3. Menyesuaikan dengan Perkembangan Zaman: Islam adalah agama yang fleksibel dan bisa diterapkan dalam berbagai situasi serta kemajuan teknologi.

Memahami Beda dan Mencegah Perpecahan
Kita harus bisa membedakan antara perbedaan dengan perpecahan. Perbedaan harus dihormati dan ditoleransi, sementara perpecahan harus dihindari. Perpecahan hanya akan melahirkan konflik, kekacauan, dan kehancuran, sedangkan perbedaan yang dikelola dengan baik justru akan membawa kecerdasan, diskusi yang konstruktif, serta membangun peradaban yang lebih maju.

Dahulu, ada perdebatan mengenai qunut dalam salat Subuh atau jumlah rakaat tarawih. Namun, kita harus menyadari bahwa ini adalah persoalan sunah, sedangkan menjaga persatuan adalah kewajiban. Oleh karena itu, kita harus meneladani Rasulullah SAW dalam menjaga persatuan, tidak hanya di antara sesama Muslim tetapi juga dengan umat lainnya.

Pelajaran dari Piagam Madinah dan Pancasila
Piagam Madinah yang dirumuskan oleh Rasulullah SAW merupakan contoh nyata bagaimana perbedaan tidak menghalangi persatuan. Pasal pertama dalam Piagam Madinah menyatakan bahwa seluruh penduduk Madinah adalah umat yang satu, meskipun berbeda keyakinan. Konsep ini mirip dengan prinsip Pancasila, khususnya sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.

Sejarah menunjukkan bahwa negara-negara yang terpecah belah karena perbedaan internal sulit untuk berkembang. Oleh karena itu, kita harus mengambil pelajaran bahwa persatuan adalah kunci utama dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Menjaga Persatuan untuk Indonesia yang Lebih Baik
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan agama. Namun, dengan semangat persatuan, kita dapat menjaga keharmonisan dan membangun bangsa yang lebih maju. Ramadan adalah momen terbaik untuk mempererat tali persaudaraan dan meneguhkan niat kita untuk menjaga persatuan demi kemaslahatan bersama.

Mari terus jaga persatuan, niatkan karena Allah SWT, dan jadikan perbedaan sebagai kekuatan dalam membangun negeri yang lebih baik. Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan dan rahmat-Nya.

Pesan Ramadan disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., S.Ag., M.A., Ph.D. bersama Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia setiap hari selama Ramadan 1446 H pukul 09.00 WIB.

Acara ini di dukung oleh Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia.

Tags:    

Similar News