Prevalensi stunting Jatim terbaik pertama di Pulau Jawa

Provinsi Jawa Timur mencatatkan capaian terbaik pertama di Pulau Jawa dalam penurunan prevalensi stunting berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, yang dirilis Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI pada 26 Mei 2025.

Update: 2025-05-28 12:47 GMT
Infografik prevelensi stunting di Jawa Timur. ANTARA/HO-Biro Adpim Jatim

Elshinta.com - Provinsi Jawa Timur mencatatkan capaian terbaik pertama di Pulau Jawa dalam penurunan prevalensi stunting berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, yang dirilis Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI pada 26 Mei 2025.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan penurunan angka stunting ini merupakan hasil kerja keras dan kolaborasi seluruh elemen strategis di Jatim.

"Alhamdulillah, prevalensi stunting kita turun signifikan dari 17,7 persen di tahun 2023 menjadi 14,7 persen pada 2024. Ini menempatkan kita sebagai yang terbaik kedua nasional dan terbaik pertama di Pulau Jawa. Ini capaian membanggakan hasil kerja bersama," ujar Gubernur Khofifah di Surabaya, Rabu.

Meski begitu, Pemprov Jatim disebutnya tidak akan berpuas diri. "Upaya kita tidak akan berhenti. Justru dengan capaian ini, kita semakin semangat untuk mewujudkan target zero stunting di Jawa Timur," katanya. Dari data SSGI 2024, tercatat sebanyak 22 kabupaten/kota atau 70,96 persen di Jatim mengalami penurunan angka stunting dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, sembilan kabupaten/kota atau 29,04 persen mengalami peningkatan.

Khofifah menyebut capaian ini merupakan buah dari intervensi lintas sektor yang dilakukan Pemprov Jatim bersama pemerintah kabupaten/kota, Dinas Kesehatan, Tim Penggerak PKK, serta organisasi masyarakat seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Aisyiyah, dan lembaga internasional seperti UNICEF, termasuk kalangan akademisi.

"Semua pihak yang terlibat layak diapresiasi. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada penggerak di semua lapisan masyarakat," tuturnya.

Sejumlah program intervensi strategis juga digalakkan, antara lain penguatan program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), serta penguatan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan). Meski demikian, Gubernur Khofifah mengakui masih banyak ruang untuk perbaikan. Ia berharap penurunan prevalensi stunting ini menjadi momentum untuk pencapaian yang lebih besar ke depan.

"Setiap anak berhak tumbuh dan berkembang secara optimal. Mereka adalah generasi masa depan yang akan mengisi Indonesia Emas 2045," ucapnya.

Tags:    

Similar News