Penderita lumpuh layu lewati masa kritis bersama BPJS Kesehatan

Sumarni tidak pernah berhenti mendoakan putri angkatnya Kinara Putri Hanasyifa agar dapat pulih dari penyakit lumpuh layu dan bisa tertawa sebagaimana anak-anak lainnya.

Update: 2025-07-28 20:45 GMT
Sumber foto: Heru Lianto/elshinta.com.

Elshinta.com - Sumarni tidak pernah berhenti mendoakan putri angkatnya Kinara Putri Hanasyifa agar dapat pulih dari penyakit lumpuh layu dan bisa tertawa sebagaimana anak-anak lainnya.

Pasalnya di saat anak-anak seusia dapat bermain dengan riang gembira, anak berusia 2 tahun 8 bulan itu hanya dapat berbaring karena tubuhnya sulit untuk digerakkan meski untuk sekadar berdiri. 

Selama ini Kinara harus berjuang melawan penyakit lumpuh layu yang menyerang sistem sarafnya, penyakit yang tentu tidak pernah diinginkan Kinara maupun Sumarni sebagai orangtua angkat.

"Harapa saya itu supaya dia bisa jalan lagi, bisa menunjukkan sama kalau emang dia benar-benar bisa bangkit. Bisa main kayak anak-anak lainnya," kata Sumarni di Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, pada Rabu, 23 Juli 2025.

Ibu berusia 50 tahun itu mengatakan saat kali pertama mengasuh Kinara pada tahun 2023 lalu, kondisi Kinara memang jauh dari kata sehat karena tak hanya mengidap stunting tapi juga tuberkolosis (TBC).

Kondisi tersebut membuat tubuh Kinara kurus kering dengan bobot tubuh hanya 4 kilogram, bahkan dia sempat menjalani perawatan dalam keadaan koma di RS Polri Kramat Jati.

Saat Kinara dalam keadaan koma Sumarni mengaku sempat khawatir atas nyawa anak angkatnya, tapi doa yang tak henti dipanjatkan ke langit membuat Kinara dapat melalui masa kritis. 

"Di ruang ICU itu sempat koma. Saya bilang nara berjuang ya buat mama. Mama berjuang sama bapak. Waktu itu kondisinya kurus, kayak enggak ada dagingnya," ujar Sumarni. 

Kinara dapat pulih dari kondisi kritisnya setelah mendapatkan bantuan dari pengurus lingkungan, dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menanggung biaya pengobatan. 

Berkat JKN tersebut Sumarni tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan Kinara, termasuk hingga kini Kinara menjalani terapi pemulihan gangguan saraf yang diderita. 

Bagi Sumarni JKN tidak sekadar menjamin biaya pengobatan Kinara, tapi sudah memberikan harapan untuk Kinara dapat pulih dan nantinya bisa bermain sebagaimana anak seusia. 

"Sekarang Alhamdulillah (biaya pengobatan) gratis, (Kinara) juga sudah masuk ke KK (kartu keluarga) saya. Dulu sebelum dapat BPJS untuk berobatnya sempat habis Rp4 juta," tutur Sumarni. 

Bila harus menanggung biaya pengobatan Kinara, Sumarni yang merupakan ibu rumah tangga dan sang suami yang bekerja sebagai buruh serabutan mengaku tidak sanggup. 

Setiap harinya suami Sumarni, atau ayah angkat Kinara bekerja mencari rumput untuk pakan ternak ataupun melakoni berbagai pekerjaan kasar lain untuk mencukupi hidup.

Sehingga dengan adanya JKN Sumarni merasa tenang, dan tidak perlu memikirkan uang untuk biaya terapi serta pengobatan rutin dijalani Kinara di RS Polri Kramat Jati. 

Sebagai penerima manfaat JKN, Sumarni berharap JKN dapat terus memberikan manfaat kepada masyarakat tidak mampu yang membutuhkan akses pelayanan kesehatan.

"Kalau enggak ada BPJS Kesehatan ya enggak tahu nasib anak saya sekarang. Saya berharap (JKN) jangan dicabut. Karena kalau berhenti ini pengobatan, obatnya mahal," lanjut Sumarni seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Heru Lianto, Senin (28/7).

Sumarni dan Kinara merupakan potret masyarakat yang berharap jaminan untuk mengakses pelayanannya kesehatan, dan betapa pentingnya peran negara hadir menjamin hak hidup. 

Mereka yang tidak pernah kehilangan asa berjuang melawan penyakit, dan mereka yang seharusnya mendapatkan jaminan dari negara tidak dibiarkan berjuang sendirian. 

Tags:    

Similar News