Memaknai kebahagiaan melalui karya seni lukis

Cahaya pagi menembus kaca lobi hotel, memantul di permukaan kanvas-kanvas yang berjajar rapi. Di ruang yang biasanya menjadi tempat tamu hotel menunggu, hari itu tercipta dunia baru: dunia yang dipenuhi warna, cerita, dan pesan tentang kebahagiaan.

Update: 2025-08-10 14:17 GMT
Tria Novanda menjelaskan kepada Dandim 0702/Purbalingga Letkol Inf Untung Iswahyudi terkait dengan lukisan berjudul \"Wacinwa\" yang dia ikut sertakan dalam pameran bertema \"The World of Happiness\" yang diselenggarakan oleh Kie Art Project di Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (10/8/2025). ANTARA/Sumarwoto

Elshinta.com - Cahaya pagi menembus kaca lobi hotel, memantul di permukaan kanvas-kanvas yang berjajar rapi. Di ruang yang biasanya menjadi tempat tamu hotel menunggu, hari itu tercipta dunia baru: dunia yang dipenuhi warna, cerita, dan pesan tentang kebahagiaan.

Puluhan lukisan dari sembilan seniman lokal dan satu mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta hadir dalam pameran The World of Happiness yang digelar Kie Art Project bekerja sama dengan Braling Grand Hotel, Purbalingga, Jawa Tengah, selama sepekan mulai Minggu (10/8).

Bukan sekadar pameran, ini adalah perayaan rasa syukur dan refleksi makna bahagia melalui seni rupa.

Di sudut ruang pameran, karya Annisa Rakhma "Bahagia yang Ditumbuhkan" memikat mata. Lukisan ini menampilkan sosok perempuan dengan rambut menyerupai ladang bunga keemasan, memegang cengkih yang menjadi simbol tanah, sejarah, dan ketekunan.

"Kebahagiaan sejati tidak datang tiba-tiba, ia seperti rempah yang ditanam, disiram, dipelihara, dan dipetik pada waktunya," demikian pesan yang tersirat dalam goresan Annisa. Dalam setiap aroma cengkih, ia mengajak penikmat seni mengingat perjuangan dan cinta yang menyuburkan kehidupan.

Karya Aprianto menampilkan seekor jerapah yang berdiri anggun. Dengan leher menjulang tinggi, hewan ini menjadi metafora tentang pandangan jauh ke depan, kesabaran, dan kewaspadaan. "Keseimbangan yang Membumi" mengajarkan bahwa visi luas harus dibarengi pijakan yang kuat di tanah tempat kita berdiri.

Khadno Aprianto menghadirkan keceriaan dalam "Rusa-Rusa yang Riang di Alam yang Rindang". Rusa-rusa itu hidup selaras dengan lingkungannya, mengajarkan bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesederhanaan: menjaga harmoni, menikmati yang ada, dan berbagi ruang di bumi.

Tria Novanda menghidupkan kembali sejarah dalam "Wacinwa", terinspirasi dari wayang Cina-Jawa yang lahir dari akulturasi budaya pada 1920-an. Tokoh kaisar China Hong Gie yang menjadi bagian cerita pernikahan Putri Ong Tien dengan Sunan Gunung Jati dihadirkan kembali di atas kanvas. Sebuah pengingat bahwa kebahagiaan juga dapat lahir dari perjumpaan dan persenyawaan budaya.

Komandan Komando Distrik Militer 0702/Purbalingga Letnan Kolonel Infanteri Untung Iswahyudi yang membuka pameran ini mengajak masyarakat untuk hidup bahagia sekaligus menjaga kelestarian budaya.

"Dengan bahagia, kita bisa mencapai apa yang kita inginkan. Kebahagiaan membuat kita mampu memenuhi kebutuhan lahir batin dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya," katanya.

Menurut dia, lukisan-lukisan tersebut sangat luar biasa karena menggambarkan kehidupan itu sangat kompleks namun harus dijalani dengan bahagia.

Ia juga mengapresiasi kehadiran sejumlah pelukis yang masih berusia muda karena tidak semua anak memiliki kemauan untuk terjun ke seni terutama pada era digital seperti sekarang. Akan tetapi dengan kemauan mereka untuk turun sebagai pelaku seni dan menyalurkan keinginannya melalui seni, bisa memberikan suatu motivasi kepada anak-anak yang lain dengan harapan mereka juga bisa mencontoh dan tertarik dengan terhadap seni.

"Jangan sampai kita membatasi potensi kita hanya untuk satu bidang saja, tapi apabila kita memang memiliki suatu bakat di seni dan kita lagi sedang cenderung di situ, kita harus tetap bisa untuk menelateni, sehingga dengan adanya seni kita bisa berekspresi tanpa batas," katanya.

Ia menilai pameran ini selaras dengan semangat HUT Ke-80 Kemerdekaan RI yang harus dirayakan dengan kebahagiaan untuk menyongsong Indonesia Emas pada 2045.

Bagi Gita Yohana Thomdean, pendiri Kie Art Project, pameran ini adalah tonggak lima tahun perjalanan komunitas seni dari Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga.

Kie Art Project mengawali kegiatan dengan merintis desa wisata berupa Desa Kartun (Cartoon Village) dan Sekolah Kartun Kie Art (Kie Art Cartoon School) di Desa Sidareja yang diresmikan pada tanggal 9 September 2020.

Kendati sempat menjalani perjalanan yang cukup berat karena pandemi COVID-19, Kie Art Project mampu mengantarkan anak-anak Desa Sidareja menekuni bakat di berbagai bidang seni seperti seni kartun, seni lukis, karawitan, dan seni tari.

Bahkan, para pegiat Kie Art berkesempatan tampil dalam berbagai kegiatan seni di Purbalingga maupun luar daerah termasuk Bali. Dari hanya 1–2 pelukis, kini Kie Art Project tumbuh menjadi wadah bagi banyak seniman muda Banyumas Raya, khususnya Purbalingga

“Kebahagiaan tidak selalu soal materi. Bisa dari udara yang kita hirup, kesehatan, kicauan burung, keseimbangan alam, atau rahmat Tuhan setiap hari,” katanya.

Pendiri Kie Art Project lainnya, Slamet Santosa mengajak seniman Banyumas Raya yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara untuk terus bersatu serta mengembangkan karya.

"Kita lagi terseok-seok memperjuangkan seni rupa di Banyumas Raya, mari kita rapatkan barisan, jangan kalah dengan Jogja dan sekitarnya. Mari kita bahagia, tidak usah memikirkan yang belum selesai,” katanya.

Sementara General Manager Braling Hotel Ahmad Fauzi mengatakan pesan utama dari kegiatan itu adalah menumbuhkan kebahagiaan di tengah kehidupan yang penuh tantangan.

"Kita hidup cuma sekali, jadi happy (bahagia) saja. Semua orang pasti punya masalah, tapi jangan sampai menghalangi untuk berbahagia," ujarnya.

Ia mengharapkan pameran seni tersebut dapat terus berlanjut dan menjadi kegiatan berkesinambungan, tidak hanya di Purbalingga, tapi juga di daerah lain.

Pameran ini bukan hanya menyajikan lukisan, juga menjadi ruang pertemuan bagi seniman, penikmat seni, dan masyarakat umum. The World of Happiness tidak hanya memamerkan 35 karya seni rupa, tapi juga mengajak pengunjung menyelami beragam sumber kebahagiaan: dari harmoni alam, jejak sejarah, hingga nilai spiritual.

Dari lobi hotel yang semerbak aroma kopi, para pengunjung tak sekadar membawa pulang foto kenangan. Mereka membawa inspirasi: bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang kita tanam, rawat, dan tumbuhkan, persis seperti pesan yang disematkan dalam sapuan kuas para seniman Purbalingga

Tags:    

Similar News