Jadi pemasok tempe MBG, omzet warga Madiun tembus jutaan

Foto : BGN
Foto : BGN
Menjadi pemasok tempe bagi dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat Muhammad Husni merasa sangat bersyukur sekaligus bangga. Sebab, sejak menjadi pemasok tempe pada pertengahan Juli lalu, lelaki dengan dua anak itu merasa kehidupannya menjadi lebih baik. Apalagi, ia juga bisa membantu tetangga-tetangganya dengan membuka lapangan kerja baru.
“Sekarang ini dalam sehari saya bisa memasok 150 kilogram tempe. Kalau diuangkan ya sekitar satu juta lebih dalam sehari. Alhamdulillah pembayaran juga lancar,” kata Husni beberapa waktu lalu.
Karena omzet usahanya semakin bertambah, Husni kemudian membeli beberapa mesin untuk mempercepat proses pembuatan tempe. Selain itu, ia juga bisa mempekerjakan beberapa orang tetangganya untuk membantunya membuat tempe. “Sebagai warga yang pada dasarnya kurang mampu, saya merasa senang bisa membantu tetangga-tetangga saya sendiri,” kata lelaki sederhana itu.
Tak hanya mempekerjakan para tetangga, Husni juga merasa senang karena bisa membantu peternak-peternak sapi dan kambing di desanya untuk memanfaatkan limbah kulit kedelai yang dihasilkannya. Limbah kulit kedelai itu dimanfaatkan sebagai makanan bagi ternak-ternak mereka. “Kulit kedelai itu dipakai untuk mengganti konsentrat. Ternak mereka menjadi lebih cepat gemuk,” kata dia.
Husni juga merasa bangga karena bisa berbagi ilmu. Sebab saat ini dirinya sering dimintai saran dari perajin tempe lainnya, tentang cara meningkatkan kualitas tempe agar juga bisa menjadi pemasok tempe di Satuan-satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) lainnya. Ia pun sering mendapat tawaran untuk bekerja sama. “Sekarang ini banyak orang nanya, bagaimana caranya jadi supplier MBG. Jadi banyak yang konsultasi,” ujarnya.
Karena itulah, Husni berharap agar Program MBG bisa terus dilanjutkan. Selain telah meningkatkan kesejahteraannya, dia menyaksikan sendiri manfaat program MBG. Dua orang anaknya tampak lebih sehat dan bersemangat sekolah, begitu pula anak-anak tetangganya. “Di sini kan banyak anak dari keluarga tidak mampu, jadi tidak punya uang jajan. Tapi dengan adanya MBG, semua bisa merata,” ujarnya.




