Kemenbud perkuat diplomasi budaya lewat sastra dan gastronomi

Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan menyelenggarakan Gelar Wicara “Dari Kata ke Rasa” di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Selasa (23/12/2025) (ANTARA/HO Kementerian Kebudayaan)
Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan menyelenggarakan Gelar Wicara “Dari Kata ke Rasa” di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Selasa (23/12/2025) (ANTARA/HO Kementerian Kebudayaan)
Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan menyelenggarakan Gelar Wicara “Dari Kata ke Rasa” sebagai upaya dalam menegaskan peran sastra dan gastronomi sebagai medium strategis dalam memperkuat diplomasi budaya Indonesia.
Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, Endah T.D Retnoastuti menyampaikan bahwa sastra dan gastronomi merupakan dua kekuatan unik dan memiliki keterkaitan dengan keseharian manusia.
“Kebudayaan Indonesia dari warisan tradisional hingga ekspresi kontemporer menjadi kekuatan identitas nasional dan soft power untuk menghadapi persaingan global. Tentunya kami adalah bagian dari diplomasi yang dijalankan oleh pemerintah yang dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri. Jadi apabila Kementerian Luar Negeri adalah mesin, bisa dibilang kebudayaan adalah bahan bakarnya,” papar Dirjen Endah dalam keterangan pers yang diterima, Rabu.
Dalam refleksinya mengenai arah kebijakan kebudayaan nasional, Dirjen Endah juga menyebutkan bahwa satu tahun Kementerian Kebudayaan memberikan pandangan kolektif khususnya mengenai kebijakan terkait diplomasi kebudayaan.
Tantangannya adalah keterpaduan arah prioritas dan diplomasi budaya. Dirjen Endah juga menekankan pentingnya keterkaitan antara kemajuan kebudayaan dan kesejahteraan komunitas budaya.
“Pada akhirnya, kemajuan kebudayaan yang dimaksud juga harus berdampak pada ekonomi kreatif dan kesejahteraan komunitas budaya, sehingga budaya bisa menjadi "mesin" penggerak untuk bangsa," tuturnya.
Endah berharap gelar wicara ini dapat melahirkan strategi sinergi dan kolaborasi untuk memperkuat diplomasi budaya agar berdampak melalui sastra dan gastronomi.
Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Manusia Kamapradipta Isnomo juga mengatakan bahwa sastra dan gastronomi penting untuk promosi kebudayaan Indonesia. Dua hal tersebut juga merupakan spirit dari identitas budaya suatu bangsa.
"Sastra dan gastronomi penting untuk mengetahui suatu peradaban, karena sastra adalah cermin dari aspek sejarah, aspek karakter, dan aspek sosiolog. Kemudian gastronomi juga merupakan cermin dari temperamen dan emosi dari suatu bangsa," katanya.
Indonesia mempunyai banyak sastra lama yang terbenam di dalam manuskrip kuno seperti Serat Centhini, dengan banyak kisah tentang Susada.
Diantaranya juga ada naskah kuno tentang perjuangan Perang Diponegoro yang tahun ini bertepatan 200 tahun peringatan Perang Diponegoro.
Kepala Perpusnas, Prof. E. Aminudin Aziz, menyampaikan pihaknya akan menggubah naskah kuno menjadi komik 25 seri bekerja sama dengan kreator dari ITB dan masyarakat perkomikan.
Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata dari upaya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dalam mengintegrasikan nilai-nilai budaya sebagai instrumen diplomasi yang memperkuat identitas bangsa dan memperluas pengaruh budaya Indonesia di tingkat global.




