KPAI: Deteksi dini penting cegah pelajar bunuh diri

Anggota KPAI Aris Adi Leksono. ANTARA/Anita Permata Dewi
Anggota KPAI Aris Adi Leksono. ANTARA/Anita Permata Dewi
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong penerapan early warning system atau sistem deteksi dini yang efektif di sekolah dan komunitas untuk mencegah terjadinya kasus mengakhiri hidup yang melibatkan pelajar.
"KPAI mendorong seluruh pihak untuk membangun early warning system yang efektif di sekolah dan komunitas. Anak yang menunjukkan perubahan perilaku, penurunan semangat belajar, atau tanda-tanda stres berat harus segera mendapat perhatian dan pendampingan psikologis sejak awal,” ujar Aris Adi Leksono di Jakarta, Jumat.
Sistem deteksi dini tersebut antara lain dengan penguatan fungsi guru, khususnya Guru BK (Bimbingan Konseling), agar lebih proaktif memantau kondisi sosial emosional siswa, pelatihan guru dan siswa sebaya dalam mengenali tanda-tanda depresi, stres, atau perilaku menarik diri.
Kemudian koordinasi berlapis antara sekolah, puskesmas, dan dinas terkait, saat ditemukan anak dengan risiko tinggi mengalami depresi ataupun stres, dan pemanfaatan data presensi, perilaku, dan interaksi sosial siswa sebagai indikator awal gangguan kesejahteraan mental.
KPAI menilai intervensi cepat dan empati adalah kunci pencegahan lanjutan.
"Dukungan psikologis awal perlu dilakukan melalui pendampingan oleh psikolog sekolah atau tenaga kesehatan mental puskesmas segera setelah muncul gejala atau laporan risiko, keterlibatan aktif keluarga dalam proses pemulihan anak melalui komunikasi positif dan penguatan spiritual," kata Aris Adi Leksono.
Sebelumnya, terjadinya dua kasus dugaan bunuh diri yang melibatkan pelajar di Sawahlunto (Sumatera Barat) dan Sukabumi (Jawa Barat).
"Dua peristiwa tragis ini menjadi alarm serius bagi dunia pendidikan dan keluarga untuk lebih peka terhadap kesehatan mental anak dan remaja," kata Aris Adi Leksono.




