Top
Begin typing your search above and press return to search.

Legislator DIY kobarkan semangat antiimperialisme di Museum KAA

Legislator DIY kobarkan semangat antiimperialisme di Museum KAA
X

Sumber foto: Radio Elshinta/Izan Raharjo

Kota Bandung tepatnya di Gedung Merdeka pernah menjadi saksi perlawanan bangsa-bangsa Asia Afrika terhadap imperialisme melalui Konferensi Asia Afrika. Indonesia mencatat sejarah besar dengan menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955 yang dihadiri delegasi dari 29 negara. Gedung Merdeka sekarang menjadi Museum Konferensi Asia Afrika yang terletak di Jalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung.

Konferensi Asia Afrika berhasil dan sukses melahirkan Dasasila Bandung yang menjadi semangat dan pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Delegasi dari 29 negara yang menghadiri Konferensi Asia Afrika di Bandung, yaitu yang mewakili Asia; Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Indonesia, Afghanistan, Burma, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Kamboja, Ceylon, India, Iran, Irak, Jepang, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Yordania, Suriah, Thailand, Turki, Yaman, Laos, Lebanon dan Nepal. Dan yang mewakili dari Afrika: Sudan, Ethiopia, Liberia, Mesir, Libya, dan Pantai Emas.

Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Eko Suwanto mengatakan bahwa perjuangan melawan penjajahan masih sangat relevan sampai hari ini. Dan salah satu negara yang menjadi peninjau Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung adalah Palestina. Maka perjuangan untuk kemerdekaan Palestina ini menjadi komitmen Indonesia untuk terus memperjuangkanya.

"Kita punya komitmen untuk menjaga Republik Indonesia, merawat Republik Indonesia, sekaligus berjuang terus-menerus untuk memakmurkan rakyat, menuju keadilan dan bersama-sama menjaga ketertiban di dunia. Dan Yogya itu kan rumah dunia, tidak hanya rumah orang Yogya saja. Berbagai suku bangsa ada di Yogya, berbagai warga dunia juga ada di Yogya, maka dari Yogya kita perjuangkan, termasuk kemerdekaan Palestina,"ujar Eko Suwanto pada Napak Tilas Proklamator RI, Sinau Pancasila dan Sinau Sejarah, komisi A DPRD DIY bersama awak media di museum Konferensi Asia Afrika Bandung, Jumat (12/12/2025).

Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung atas inisiatif Indonesia yang mendapatkan dukungan dari beberapa negara. Presiden Soekarno jauh sebelum 1955, tepatnya 1933, sudah menulis dan memimpikan pertemuan bangsa bangsa terjajah dari berbagai belahan dunia, untuk berjuang bersama melawan penjajahan. Ada juga peran Mohammad Hatta dan Perdana Menteri saat itu, Ali Sastroamidjojo yang ulet berdialog dan berdiplomasi dengan berbagai negara sehingga kehadirannya sebagai Ketua Konferensi Asia Afrika sukses digelar. Dalam pidatonya di saat Pembukaan, Bung Karno 15 April 1955 melalui judul pidato "Let A New Asia and A New Africa Be Born".

Dalam pidato bahasa inggris, Bung Karno memberikan gambaran betapa Indonesia yang memiliki suku bangsa yang berbeda, dengan dasar Pancasila dapat bersatu melawan penjajah. Bung Karno mengajak seluruh bangsa bangsa untuk membangun solidaritas perjuangan menghormati hak asasi manusia dan merebut kemerdekaan dengan terus mengobarkan semangat anti penjajahan. Melalui sidang delegasi 29 negara, Konferensi Asia Afrika melahirkan Dasa Sila Bandung.

"Arsip-arsip termasuk naskah pidato Bung Karno, risalah sidang dan dokumen bersejarah, serta film masih bisa kita nikmati di Museum Asia Afrika di Bandung. Termasuk ruangan tempat sidang juga kursi yang ditempati para delegasi masih terawat dengan baik," jelasnya.

Eko Suwanto menambahkan, keberadaan museum KAA punya tiga hal penting bagi Bandung. Pertama, memberikan tiga nilai sejarah untuk dipelajari bagi kaum muda, kedua museum bisa jadi tempat lakukan riset penelitian sejarah, bisa hasilkan sarjana, master, doktor. Sekaligus yang ketiga, bisa jadi destinasi wisata sejarah yang memberikan manfaat keekonomian bagi masyarakat

Politisi PDIP kota Yogyakarta itu menyebut bahwa untuk D.I.Yogyakarta juga sudah seharusnya memiliki museum yang lengkap agar generasi muda mengetahui andil Yogyakarta dalam perjuangan kemerdekaan RI. Ia mencontohkan peran Kraton Yogyakarta bersama rakyat dalam membantu Republik dan kerelaan Sri Sultan HB IX dengan mendeklarasikan bergabung dengan Republik. Pemda DIY juga perlu menyusun lebih banyak literasi dan penelitian sejarah

"Kedepan Pemda harus lebih serius, saya lihat Pemda belum memperhatikan urusan literasi sejarah jadi masih mikir program- program lain. Kendalanya pada fokus, Pemda harus lebih fokus untuk masalah literasi terutama penelitian sejarah,"imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Publikasi Promosi Nilai-nilai KAA (PPNKAA) Kemenlu, Christoforus katon menerangkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara di Museum KAA banyak didominasi dari Tiongkok, yang kedua Belanda, kemudian Jepang, Malaysia dan Korea Selatan. Dari Tiongkok paling banyak karena pada KAA perdana PM Tiongkok Zhou Enlai saat itu menjadi pemimpin delegasi Pemerintah berperan penting dalam kesuksesan penyelenggaraan KAA di Bandung.

Sementara untuk jumlah pengunjung hampir 80 persen wisatawan yang berkunjung ke museum KAA adalah wisatawan domestik dan 20 persen mancanegara. Saat weekend dan libur nasional wisatawan yang berkunjung mengalami peningkatan cukup signifikan.

"Kalau hari-hari biasa hanya 400 perhari, maka saat liburan menigkat jadi 1000-1200 orang per hari,"pungkasnya. (Izan Raharjo).

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire