Menteri PKP: 205 ribu rumah subsidi sudah terserap

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait melaporkan sejumlah capaian dari kementeriannya ke Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Selasa (28/10/2025). Foto : Istimewa
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait melaporkan sejumlah capaian dari kementeriannya ke Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Selasa (28/10/2025). Foto : Istimewa
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait melaporkan sejumlah capaian dari kementeriannya ke Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Selasa (28/10/2025).
Maruarar antara lain melaporkan realisasi serapan anggaran dan program-program prioritas yang menyentuh kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Yang pertama, kami laporkan bahwa serapan anggaran di tempat kami sampai hari ini sudah 70 persen. Yang kedua, kami sampaikan bahwa rumah subsidi juga dari kuotanya 350 ribu juga terserap cukup banyak, per hari ini sekitar 205 ribu. Yang ketiga, arahan Presiden untuk menjalankan kebijakan yang pro rakyat,” ujar Maruarar.
Maruarar menyampaikan bahwa sesuai arahan Presiden, pemerintah telah membebaskan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sebelumnya dikenakan biaya. Selain itu, izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) yang sebelumnya dikenal sebagai IMB juga digratiskan bagi kelompok masyarakat tersebut.
“Kemudian, juga PBG-nya, persetujuan bangunan gedung, dulu namanya IMB, sekarang namanya PBG, itu juga sudah gratis, itu berjalan, dan dimonitor, dibantu oleh Bapak Mendagri. Jadi para Bupati, Wali Kota juga menjalankan itu, dan sudah dijalankan itu,” jelas dia.
Maruarar menambahkan bahwa bunga rumah subsidi tetap dijaga pada tingkat 5 persen, sebagai keberpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil di tengah kondisi ekonomi global yang dinamis. Selain rumah subsidi, pemerintah juga memperkuat program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi masyarakat yang memiliki rumah tidak layak huni.
“Kita tahu bahwa rakyat kita yang punya rumah, tapi tidak layak huni, ada 26,9 juta rumah. Jadi punya rumah, tapi tidak layak huni. Di sini, negara membantu tahun ini 45 ribu rumah yang direnovasi, supaya dari tidak layak huni, jadi layak huni. Tahun depan, Bapak Presiden meningkatkan besar sekali, dari 45 ribu tahun ini, tahun depan menjadi 400 ribu,” imbuhnya.
Menurutnya, aktivitas pembangunan rumah turut menggerakkan ekonomi rakyat, mulai dari penjual bahan makanan di sekitar lokasi proyek hingga pedagang bahan bangunan dan pelaku industri pendukung.
Langkah-langkah tersebut, kata Maruarar, merupakan arahan Presiden agar program perumahan menjadi instrumen pemerataan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat kecil.
Rama Pamungkas




