Pemprov Kaltim sambut pasar baterai kendaraan listrik

Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listriknya di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). ANTARA/Muhammad Rizky Febriansyah.
Pengemudi ojek daring mengganti baterai sepeda motor listriknya di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). ANTARA/Muhammad Rizky Febriansyah.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyambut potensi pasar baterai kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) yang diproyeksikan mencapai 500 miliar dolar AS secara global pada 2030.
"Kami menyambut baik inisiatif pemerintah pusat untuk berdialog langsung, karena Kaltim, memiliki posisi strategis untuk menjadi salah satu pilar utama dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim Bambang Arwanto di Samarinda, Minggu.
Pernyataan tersebut disampaikan menyusul audiensi bersama Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM yang bertujuan menggali masukan dari pemerintah daerah.
Dialog itu menjadi krusial untuk harmonisasi kebijakan agar ekosistem KBLBB yang dibangun di tingkat pusat selaras dengan potensi dan kebutuhan di daerah.
Kerja sama antara Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia melalui proyek Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles in Indonesia (ENTREV) menjadi payung besar inisiatif ini.
"Salah satu target utama Proyek ENTREV adalah pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara langsung sebesar 473.800 ktCO2," ucap Bambang.
Upaya tersebut ditempuh melalui advokasi kebijakan yang sistematis untuk membangun dan menguatkan ekosistem KBLBB dari pusat hingga ke daerah.
Pemerintah memproyeksikan kebutuhan baterai di dalam negeri hingga 2034 mencapai 392 gigawatt hour (GWh).
Angka tersebut mencakup kebutuhan untuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, serta pasokan untuk mobil dan motor listrik, katanya.
Selain itu, kebutuhan masif tersebut juga didorong oleh peluang ekspor listrik dan agenda pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 100 GW.
Secara paralel, potensi pasar internasional menunjukkan angka yang jauh lebih besar, yakni mencapai 3.500 GWh pada tahun 2030.
Besarnya permintaan global ini membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi Indonesia sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.
Proyek ENTREV sendiri telah menunjukkan kemajuan berarti sejak diluncurkan di berbagai bidang strategis.
Program konversi sepeda motor konvensional menjadi listrik dilaporkan telah memberikan manfaat kepada lebih dari 321.000 orang di sejumlah provinsi percontohan.
Dari sisi penguatan kelembagaan, proyek ini menyelenggarakan berbagai forum diskusi terfokus (FGD) dan lokakarya, katanya.
Inisiatif kolaboratif dengan dunia akademis, seperti SRECharged dan Gatrik Goes to Campus, juga menanamkan fondasi inovasi.
Menurut dia, program tersebut bertujuan untuk memastikan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di masa depan.
Namun, pencapaian paling fundamental dari proyek ini adalah perannya sebagai fasilitator dan pembangun jaringan yang solid.
ENTREV telah menciptakan sebuah platform bersama di mana pemerintah, sektor swasta, para ahli, dan organisasi non-pemerintah dapat bertemu.
Platform tersebut memungkinkan semua pihak membahas tantangan dan peluang secara terbuka dan konstruktif.
Hal itu dinilai meletakkan dasar bagi proses pengambilan keputusan yang lebih kolaboratif dan terinformasi dalam pengembangan ekosistem KBLBB di Indonesia.