Shell respon isu pembelian BBM dari Pertamina

Arsip foto - Petugas SPBU membersihkan mesin pengisian BBM di SPBU Shell, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU)
Arsip foto - Petugas SPBU membersihkan mesin pengisian BBM di SPBU Shell, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU)
President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengonfirmasi bahwa pembahasan antarbisnis (business to business/B2B) ihwal pembelian bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina sudah memasuki tahap akhir.
“Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa saat ini pembahasan B2B terkait pasokan impor base fuel dari Pertamina Patra Niaga memasuki tahap akhir,” kata Ingrid ketika dihubungi ANTARA dari Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Pernyataan tersebut mengonfirmasi kabar terbaru dari Kementerian ESDM ihwal Shell yang sepakat membeli base fuel dari Pertamina Patra Niaga.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan Shell membeli satu kargo base fuel dari Pertamina Patra Niaga.
"Untuk Shell ini sudah terdapat kesepakatan dengan Pertamina. Jadi tanggal 24 atau 25 (November) ini sudah sampai di tempat titik serah yang disepakati antara Pertamina dengan Shell," ujar Yuliot di Jakarta, Selasa (25/11).
Ia menjelaskan, setibanya kargo di Indonesia, Shell akan segera melakukan penjemputan dan mendistribusikannya ke SPBU. Kuota tambahan itu diproyeksikan bisa memenuhi kebutuhan stok hingga akhir 2025, sambil menunggu alokasi kuota impor berikutnya.
Kesepakatan pembelian tersebut menyusul arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia agar Pertamina membantu badan usaha swasta yang kehabisan kuota impor BBM.
Kelangkaan stok BBM di SPBU Shell, BP dan Vivo terjadi sejak pertengahan Agustus hingga Oktober 2025 akibat habisnya kuota impor sejumlah badan usaha.
Saat ini, sudah ada sejumlah perusahaan pengelola SPBU swasta yang menjalin kesepakatan dengan Pertamina, yakni AKR, BP dan VIVO. Pertamina sudah menyalurkan pasokan BBM kepada BP dan AKR pada tahap pertama sebesar 100 ribu barel minyak.
Lebih lanjut, Pertamina juga sudah menyalurkan pasokan BBM kepada Vivo dengan volume yang serupa, yakni 100 ribu barel minyak.
Sementara, ExxonMobil belum mengajukan karena masih memiliki stok.




