Top
Begin typing your search above and press return to search.

Teknologi IoT untuk ketahanan rantai pasok di tengah risiko bencana

Teknologi IoT untuk ketahanan rantai pasok di tengah risiko bencana
X

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Pemuda Tangguh Bencana (PETA) memberikan pertolongan kepada korban saat simulasi kebencanaan di desa Sukaurip, Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (19/7/2025). Kegiatan yang digelar Human Initiative dengan melibatkan pemuda desa itu memberikan edukasi, sosialisasi dan kesiapsiagaan para pemuda dan masyarakat dalam penanggulangan serta pengurangan risiko bencana. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/nz.

Elshinta.com - Indonesia adalah salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Letaknya di cincin api Pasifik menjadikannya rentan terhadap gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi.

Hampir setiap tahun, ribuan keluarga terdampak, jaringan transportasi terputus, dan fasilitas produksi terganggu. Namun, dampak yang jarang disorot adalah bagaimana bencana memukul rantai pasok dan sistem logistik yang menopang aktivitas ekonomi nasional.

Saat satu jalur distribusi terhenti, efeknya merambat cepat, termasuk pasokan bahan baku tersendat, produksi terganggu, biaya logistik melonjak, dan kepercayaan publik menurun.

Dalam kondisi ini, masalah bencana tidak lagi semata-mata urusan kebencanaan, melainkan soal keberlangsungan ekonomi, keamanan pasokan, dan stabilitas sosial.

Situasi kompleks ini menuntut cara pandang baru. Pendekatan tradisional yang hanya berfokus pada penanganan darurat sudah tidak cukup.

Hal yang dibutuhkan adalah sistem yang dapat memprediksi, menganalisis, dan merespons potensi gangguan, sebelum dampaknya meluas.

Di sinilah teknologi hadir bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai katalis untuk menciptakan ekosistem rantai pasok yang lebih tangguh.

Salah satu solusi yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk memberikan informasi real-time tentang kondisi lingkungan, jalur distribusi, dan titik-titik rawan bencana.

Teknologi ini memungkinkan sektor publik dan swasta bekerja lebih cerdas, bukan hanya lebih cepat. Sejumlah brand telah mengembangkan teknologi berbasis IoT ini, di antaranya Nearon IoT yang dikembangkan Synapsis dan akan diperkenalkan pada ajang Adexco 2025 pada 10 September 2025.

Adexco merupakan pameran dan konferensi kebencanaan dan perlindungan sipil terbesar di Asia, yang akan digelar pada 10–13 September 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta

Sistem berbasis IoT ini dirancang untuk memberikan visibilitas penuh terhadap kondisi lapangan di titik-titik penting rantai pasok. Sensor lingkungan memantau parameter kritis, seperti suhu, kelembapan, pergerakan tanah, atau potensi banjir, kemudian mengirimkan data ke sistem terpusat yang memprosesnya secara real-time.

Ketika ada anomali, sistem memicu notifikasi otomatis ke berbagai kanal, memungkinkan perusahaan logistik, pelaku industri, dan pemerintah mengambil langkah antisipatif, sebelum situasi menjadi darurat.

Bukan teknologinya yang penting, melainkan dampaknya yang memberikan kesempatan untuk menyelamatkan waktu, mengurangi kerugian, dan menjaga stabilitas distribusi barang dan layanan publik.

Nadi operasional

Di satu sisi rantai pasok adalah “nadi operasional" yang jika terganggu dapat melumpuhkan ekosistem bisnis.

Oleh karena itu pemanfaatan teknologi pemantauan berbasis IoT memberikan peluang untuk mendeteksi potensi gangguan lebih awal, membuat keputusan berbasis data, dan menjaga aliran barang serta layanan tetap terjamin.

Manfaat sistem semacam ini bukan hanya terasa saat bencana terjadi, tetapi juga pada tahap pencegahan.

Dengan pemantauan 24 jam penuh, perusahaan dapat mengalihkan rute logistik, mengatur ulang jadwal produksi, atau menyiapkan stok cadangan di lokasi strategis. Pendekatan preventif seperti ini membuat risiko lebih terkendali dan kepercayaan pelanggan dapat terjaga.

Di ajang Adexco 2025, publik akan dapat melihat simulasi bagaimana sistem IoT bekerja untuk melindungi rantai pasok.

Data dari sensor di lapangan akan diproses dan divisualisasikan menjadi informasi yang mudah dipahami, memicu peringatan dini melalui berbagai kanal komunikasi.

Melalui demo ini, pengunjung bisa merasakan bagaimana teknologi dapat menjadi perisai digital yang menjaga operasional tetap berjalan, meskipun di tengah situasi darurat.

Namun, di balik demonstrasi teknologi ini tersimpan pesan yang lebih besar tentang kesiapsiagaan nasional yang bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan hasil kolaborasi lintas sektor yang memerlukan dukungan kebijakan, kesadaran publik, dan inovasi berkelanjutan.

Dampak pemanfaatan IoT untuk melindungi rantai pasok jauh melampaui aspek teknis. Dalam konteks kebijakan publik, keberadaan sistem pemantauan real-time membuka peluang bagi pemerintah untuk merumuskan strategi penanggulangan bencana berbasis data.

Alih-alih mengandalkan laporan manual yang memakan waktu, data dari sensor di titik-titik kritis dapat membantu mengidentifikasi daerah rawan, memprioritaskan jalur distribusi, dan mengoptimalkan penempatan sumber daya.

Ini juga relevan dengan upaya pemerintah memperkuat ketahanan ekonomi nasional, karena gangguan pada rantai pasok yang tidak dikelola dengan baik dapat berujung pada kelangkaan barang, inflasi harga, dan menurunnya daya beli masyarakat.

Selain itu, manfaat teknologi ini juga dapat dirasakan oleh sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang kini semakin terhubung dalam ekosistem distribusi nasional.

Dengan sistem peringatan dini, UMKM dapat merencanakan ulang pasokan bahan baku, mengatur stok dengan lebih cermat, dan menekan risiko kerugian akibat keterlambatan distribusi.

Kunci daya saing

Dalam konteks perdagangan global, teknologi ini, bahkan menjadi salah satu kunci daya saing Indonesia.

Ketahanan rantai pasok akan menentukan sejauh mana produk nasional mampu bersaing di pasar internasional, terutama ketika dunia dihadapkan pada disrupsi akibat perubahan iklim, pandemi, atau ketegangan geopolitik.

Namun, keberhasilan pemanfaatan teknologi IoT untuk manajemen risiko bencana dan perlindungan rantai pasok tidak bisa hanya mengandalkan inovasi dari sektor swasta.

Perlu dukungan regulasi yang jelas, pembiayaan infrastruktur sensor yang merata, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di tingkat lokal.

Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, dan komunitas masyarakat perlu membangun ekosistem bersama yang memungkinkan teknologi ini diadopsi secara luas dan efektif.

Kesadaran publik juga menjadi elemen penting, informasi yang dihasilkan teknologi hanya akan bermanfaat jika diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan.

Melalui momentum, seperti Adexco 2025, diskusi tentang kesiapan menghadapi bencana, perlindungan rantai pasok, dan pemanfaatan teknologi berbasis data menjadi semakin relevan. Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun sistem manajemen risiko yang lebih tangguh dan adaptif.

Tantangannya bukan sekadar bagaimana teknologi dirancang, tetapi bagaimana semua pihak mampu memanfaatkannya sebagai alat kolaborasi yang inklusif.

Ketika informasi bergerak lebih cepat daripada ancaman, keputusan dapat diambil dengan lebih bijak, tepat waktu, dan berdampak luas.

Ke depan, ketahanan rantai pasok Indonesia akan menjadi salah satu fondasi penting pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Bukan hanya tentang menjaga aliran barang dan jasa, tetapi juga memastikan kepercayaan publik, melindungi mata pencaharian, dan menjaga stabilitas sosial.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, keberanian untuk berinovasi dan kemampuan beradaptasi menjadi modal utama.

IoT hanyalah salah satu alatnya, tetapi yang lebih penting adalah kesadaran kolektif untuk memanfaatkan teknologi demi kepentingan bersama.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat melangkah lebih yakin menuju masa depan yang lebih tangguh, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire