Tren gim indie buka peluang pengembang lokal tembus pasar global

Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein saat ditemui di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali pada Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Farhan Arda Nugraha
Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein saat ditemui di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali pada Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Farhan Arda Nugraha
Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) Shafiq Husein menilai tren pasar gim global yang kini mulai melirik genre indie dapat menjadi peluang bagi pengembang gim lokal untuk masuk ke pasar global.
"Saat ini kita cuma lihat kualitas gim bagus itu setara dengan (gim) GTA, padahal di global sendiri itu gim indie itu yang sebenarnya paling dicari," kata Shafiq saat ditemui di ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali, Sabtu (11/10).
Shafiq mengatakan, gim-gim indie saat ini tengah diminati oleh konsumen global. Dia mencontohkan keberhasilan gim buatan pengembang lokal "Coral Island" yang mencatat satu juta penjualan di platform Steam.
Tren tersebut juga didukung oleh platform gim berbasis langganan yang membutuhkan konten-konten baru. Oleh karena itu, pemain besar seperti PlayStation dan Xbox mendorong pengembang indie untuk mendistribusikan gimnya di platform mereka.
Dilihat dari waktu pengembangannya, proses pengerjaan gim indie terhitung lebih singkat apabila dibandingkan dengan gim kelas atas atau AAA yang butuh waktu hingga bertahun-tahun.
Menurut Shafiq, tren tersebut menjadi peluang bagi Indonesia yang memiliki banyak studio pengembang gim indie.
“Ini posisi yang menguntungkan untuk kita karena gudangnya studio gim indie itu ada di Indonesia. Makanya big player seperti Xbox dan Sony mulai melirik ajang pameran pengembang gim IGDX untuk melihat potensi lokal yang bisa diajak kerja sama,” katanya.
Shafiq menilai, pengembang gim Indonesia menunjukkan perkembangan pesat baik dari segi talenta maupun kualitas produknya,
Menurutnya, kualitas dan inovasi para pengembang dalam negeri bahkan sudah bisa bersaing dengan gim buatan mancanegara, khususnya di pasar Asia Tenggara.
Shafiq mendorong dukungan lebih dari berbagai pemangku kepentingan guna memperkuat posisi industri gim nasional di pasar global.
"Sebenarnya kita udah siap banget secara kualitas dan secara industri. Tinggal didorong sedikit lagi, dibantu oleh para stakeholders juga, supaya ini semakin matang lagi," ujar dia.