Brand China kuasai dealer, sinyal persaingan otomotif makin panas

Pengunjung melihat sejumlah kendaraan yang dipajang dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Sudirman Grand Ballroom, Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/10/2025). Pameran otomotif yang berlangsung hingga 5 Oktober 2025 tersebut menampilkan 18 merek kendaraan bermotor dengan target nilai transaksi Rp195 miliar sekaligus memperkuat posisi strategis Jawa Barat dalam pertumbuhan industri otomotif. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Pengunjung melihat sejumlah kendaraan yang dipajang dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Sudirman Grand Ballroom, Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/10/2025). Pameran otomotif yang berlangsung hingga 5 Oktober 2025 tersebut menampilkan 18 merek kendaraan bermotor dengan target nilai transaksi Rp195 miliar sekaligus memperkuat posisi strategis Jawa Barat dalam pertumbuhan industri otomotif. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Derasnya jenama asal China yang hadir di pasar otomotif Indonesia, memaksa beberapa dealer dari pabrikan Jepang harus berganti logo seperti yang dirasakan oleh Honda dan juga Mitsubishi.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan bahwa pergeseran dealer dari produk pabrikan Jepang ke brand China di Indonesia, menjadi cerminan dinamika kompetitif yang semakin ketat di pasar otomotif Tanah Air.
“Brand Jepang memang menghadapi tantangan dalam mempertahankan dominasi mereka, karena kehadiran brand China yang menawarkan harga lebih kompetitif, fitur teknologi canggih dan desain inovatif dengan value for money yang tinggi,” kata Yannes Martinus Pasaribu dilansir dari ANTARA.
Dalam fenomena ini, beberapa dealer Honda di berbagai daerah terpaksa harus mengubah logo. Yang semula berlogo “H”, terpaksa harus mengubahnya dengan logo dari jenama China seperti Chery dan juga BYD.
Berubahnya dealer ini, salah satu penyebabnya adalah karena minat beli terhadap produk tersebut kurang menggairahkan. Beberapa dealer yang sudah tutup meliputi dealer di Jemursari (Surabaya), Pasteur (Bandung), Triputra Bekasi, dan Trimegah BSD.
Sementara untuk dealer Mitsubishi yang harus mengganti logo, terjadi di kawasan Cinere, Jawa Barat dan harus digantikan dengan jenama asal China yakni Chery.
Merujuk data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) dari sisi wholesales (dari pabrik ke dealer). Sepanjang 2025, pengiriman cenderung menurun. pada Januari, PT Honda Prospect Motor (HPM) mendapatkan capaian yang cukup tinggi yakni sebanyak 8.757.
Januari menjadi puncak tertinggi HPM mengirim unit-unit mereka ke dealer. Pada bulan kedua tahun 2025, terjadi penurunan menjadi hanya 6.303, begitu juga di bulan ketiga tahun ini yang hanya berhasil 3.000.
Bulan keempat atau April, pengiriman berangsur naik menjadi 3.166 unit, lalu 4.179 unit di Mei, dan 4.179 unit di Juni, meningkat lagi di Juli yang mencapai 5.235 unit.
Peningkatan juga tidak bertahan lama. Bulan berikutnya terjadi lagi penurunan yang cukup drastis yakni 4.375 unit dan September hanya berhasil mengirimkan sebanyak 4.332 unit saja.
Dalam periode Year on Year (YoY), penurunan yang dialami PT HPM cukup drastis dengan mencapai 32,7 persen. Sepanjang tahun 2025, segmen wholesales, PT HPM hanya berhasil mengirimkan kendaraan mereka ke dealer sebanyak 46.623 unit atau terpaut 22.697 unit dari periode yang sama di tahun lalu yang berhasil menyentuh angka 69.320 unit.
Sementara untuk PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), secara perhitungan periode tahunan. Jenama dengan julukan Tiga Berlian juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda.
Dari catatan GAIKINDO, penurunan juga terjadi dialami oleh PT MMKSI sebanyak 9,7 persen. Sepanjang tahun 2025, PT MMKSI hanya berhasil mengirimkan sebanyak 48.944 unit.
Sementara pada tahun 2024 dengan periode yang sama, yakni dari Januari sampai dengan September berhasil mencapai angka pengiriman kendaraan ke konsumen sebanyak 54.207 unit.
“Ini dapat dilihat dari tren sales mobil China yang naik hingga lebih dari 350 persen-an y-o-y pada Juli 2025, sementara dealer Jepang seperti Honda di beberapa lokasi tutup setelah belasan tahun operasi dan diganti oleh brand China, karena para dealer mulai melihat potensi profit lebih besar dari peningkatan volume sales EV murah jika mereka ikut menjual di dealernya,” uajr Yannes.
“Efek ini, pelan tapi pasti akan menjadi semacam virus yang menulari cara pandang dealer-dealer konvensional yang mulai melihat semakin kurang cerahnya prospek bisnis mereka jika terus bertahan dengan APM yang sama tanpa ada improvement menarik dari kinerja keuangan dealer yang bersangkutan,” tambah dia.




