COP30 sepakat melipatgandakan bahan bakar berkelanjutan pada 2035

Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo (tengah) didampingi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kiri), dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kanan) saat konferensi pers di sela-sela pelaksanaan Belém Leader Summit, di Belém, Brasil, Kamis (6/11/2025) waktu setempat. Belém Leader Summit merupakan pertemuan pendahuluan jelang Konferensi ke-30 Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (COP30). /ANTARA/Anita Permata Dewi.
Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim Hashim Djojohadikusumo (tengah) didampingi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kiri), dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kanan) saat konferensi pers di sela-sela pelaksanaan Belém Leader Summit, di Belém, Brasil, Kamis (6/11/2025) waktu setempat. Belém Leader Summit merupakan pertemuan pendahuluan jelang Konferensi ke-30 Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (COP30). /ANTARA/Anita Permata Dewi.
Para pemimpin dunia yang menghadiri KTT Iklim PBB (COP30) yang berakhir Jumat (7/11) sepakat untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan sedikitnya empat kali lipat pada 2035. Inisiatif itu diusulkan oleh Brasil sebagai tuan rumah, bersama Jepang dan Italia.
Sekitar 20 negara, termasuk India yang merupakan salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia, mendukung komitmen tersebut berdasarkan tingkat pengurangan dari posisi tahun 2024.
Kesepakatan ini bertujuan untuk mendorong penggunaan bahan bakar berkelanjutan seperti biogas, biofuel, dan hidrogen rendah karbon. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan ini diyakini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dengan menggantikan bahan bakar fosil.
Deklarasi dukungan terhadap perluasan penggunaan bahan bakar berkelanjutan diumumkan dalam pertemuan para pemimpin pada sesi ke-30 Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (COP30).
Perdana Menteri Jepang yang baru dilantik, Sanae Takaichi, tidak menghadiri pertemuan tersebut di Brasil karena harus mengikuti sidang luar biasa parlemen di negaranya. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sebelumnya menyebut isu perubahan iklim sebagai “tipuan,” juga absen dari acara tersebut.
Dalam deklarasi itu ditegaskan perlunya aksi politik tingkat tinggi dan kerja kolektif untuk mempercepat peningkatan penggunaan bahan bakar berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk penerbangan, pelayaran, transportasi darat, dan industri.
Para pemimpin berkomitmen untuk menetapkan kebijakan nasional terkait bahan bakar berkelanjutan dan memasukkannya ke dalam Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC) masing-masing negara, sesuai dengan standar internasional yang diatur dalam Perjanjian Paris tahun 2015.
Deklarasi tersebut juga menyerukan kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan guna mendorong inovasi, menekan biaya teknologi baru, memperkuat rantai nilai bahan bakar berkelanjutan, serta meningkatkan perdagangan internasional di sektor ini.
Brasil yang menjadi salah satu pemimpin dalam produksi biofuel bersama Jepang sebelumnya telah menetapkan target peningkatan penggunaan bahan bakar berkelanjutan sedikitnya empat kali lipat. Tujuan tersebut pertama kali diumumkan pada September lalu ketika kedua negara memimpin pertemuan tingkat menteri tentang Bahan Bakar Berkelanjutan di Osaka, Jepang.
Sumber: Kyodo-OANA




