NOC Indonesia dan IOC gelar pertemuan buntut tolak visa atlet Israel

Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) melakukan pertemuan resmi dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) di markas besar IOC, Lausanne, Swiss, Selasa (28/10) sore waktu setempat. Foto : NOC Indonesia
Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) melakukan pertemuan resmi dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) di markas besar IOC, Lausanne, Swiss, Selasa (28/10) sore waktu setempat. Foto : NOC Indonesia
Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) melakukan pertemuan resmi dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) di markas besar IOC, Lausanne, Swiss, pada Selasa (28/10) sore waktu setempat atau malam WIB. Pertemuan ini menjadi momen penting bagi kedua pihak untuk membahas rekomendasi IOC terkait polemik visa atlet Israel pada 53rd Artistic Gymnastics World Championships Jakarta 2025.
Rombongan NOC Indonesia dipimpin langsung oleh Ketua Umum NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, yang hadir bersama Komite Eksekutif NOC Indonesia Josephine Tampubolon dan Harry Warganegara, serta Sekretaris Jenderal Wijaya Noeradi dan Wakil Sekretaris Jenderal Daniel Loy.
Dalam dialog tersebut, NOC Indonesia menyampaikan secara terbuka dan diplomatis penjelasan mengenai situasi yang terjadi di Indonesia, termasuk kebijakan pemerintah, kondisi sosial, serta langkah-langkah untuk menjamin keamanan dan kelancaran penyelenggaraan kejuaraan dunia tersebut. Penjelasan tersebut diterima dengan baik oleh IOC, dan menghasilkan titik temu positif yang membuka kembali ruang komunikasi dan kerja sama antara kedua pihak.
“Diplomasi yang kami lakukan bersama IOC berjalan sangat baik dan hasilnya positif. Kami memberikan pemahaman menyeluruh mengenai situasi yang ada, baik di cabang olahraga gimnastik maupun di Indonesia secara umum. Dari pertemuan ini, kami mendapatkan angin segar dan titik temu positif untuk melanjutkan dialog secara konstruktif,” ujar Okto.
Okto menegaskan bahwa komunikasi dan transparansi menjadi kunci keberhasilan pertemuan tersebut, sekaligus menandai langkah awal dalam proses menuju solusi bersama.
“Intinya, kami berhasil memperbaiki jalur komunikasi dengan IOC. Mereka memahami posisi Indonesia, dan kami juga memahami tanggung jawab IOC dalam menjaga prinsip non-diskriminasi. Sekarang fokusnya bukan lagi pada masalah yang terjadi kemarin, tetapi bagaimana kita melangkah ke depan, hari ini dan besok, untuk membangun solusi bersama,” lanjut Okto.
Okto menambahkan bahwa sikap pemerintah Indonesia juga mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan perdamaian dunia.
“Perlu digarisbawahi juga, bahwa sikap pemerintah Indonesia itu menjadi cerminan dari sikap bangsa Indonesia. Kita tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, kita mendukung dan menjunjung tinggi Olympic Charter, tapi juga ingin dan akan selalu menyuarakan perdamaian dunia. Komunikasi dan transparansi akan selalu menjadi kunci keberhasilan. Karena ini belum selesai, ini masih proses menuju keberhasilan,” tegas Okto.
Dalam pertemuan tersebut, NOC Indonesia kembali menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi bagian integral dari Olympic Movement, serta menempatkan komitmen pemerintah dalam menjamin keamanan seluruh peserta sebagai prioritas utama.
“Kami jelaskan juga bahwa sikap pemerintah Indonesia bukan hanya untuk olahraga, tapi untuk menjaga dan menjamin keamanan dari semua pihak yang terlibat. Sikap ini juga sekaligus menjunjung dan mendukung Olympic Charter serta menjadi dasar dalam menyuarakan perdamaian dunia,” jelas Okto.
Pertemuan ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kembali hubungan antara NOC Indonesia dan IOC. Keduanya sepakat untuk melanjutkan diskusi dan evaluasi secara menyeluruh, guna memastikan agar Indonesia dapat terus berperan aktif di kancah olahraga dunia dengan menjunjung tinggi prinsip Olympic Charter dan semangat Olympic Movement.
“Kami ingin momentum ini menjadi awal baru dalam memperkuat kepercayaan dunia terhadap Indonesia. Komunikasi yang baik, sikap terbuka, dan diplomasi yang konstruktif adalah jalan kita menuju solusi yang berkelanjutan,” tutup Okto.
Dwi Iswanto




