Football Institute analisis kinerja STY hingga Vanenburg

Pelatih timnas U-23 Indonesia Gerald Vanenburg dalam laga terakhir Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 melawan Korea Selatan U-23 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (9/9/2025). Laga ini berakhir dengan kemenangan Korea Selatan dengan skor 0-1. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Pelatih timnas U-23 Indonesia Gerald Vanenburg dalam laga terakhir Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 melawan Korea Selatan U-23 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (9/9/2025). Laga ini berakhir dengan kemenangan Korea Selatan dengan skor 0-1. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Football Institute membedah data performa pelatih tim nasional Indonesia mulai dari era Shin Tae-yong (STY), Patrick Kluivert hingga pelatih timnas U-23 Indonesia Gerrard Vanenburg.
Founder Football Institute Budi Setiawan mengatakan secara prestasi baik STY, Patrick Kluivert, dan Gerard Vanenburg di tahun pertamanya tidak jauh berbeda. Dia mengatakan tidak ada perbedaan yang berarti jika bicara persentase statistik.
"Namun jika bicara tekanan mental dan suporter, Patrick Kluivert harus menghadapi tekanan lolos Round 4 Kualifikasi Piala Dunia dan Gerard Vanenburg berada dalam tekanan lolos ke Piala Asia U23 dan Olimpiade 2028," kata Budi dalam keterangan resmi, Jumat.
Sejak 2021, Shin Tae-yong tercatat memimpin 21 pertandingan timnas U-23 Indonesia. Ia meraih 11 kemenangan dan mengalami 10 kekalahan tanpa hasil imbang. Dari seluruh pertandingan itu, timnya mencetak 57 gol dan kebobolan 42 kali.
Di tahun pertamanya, pelatih asal Korea Selatan ini mengantongi dua kemenangan dari total empat laga atau meraih persentase 50 persen kemenangan, namun juga mencatat dua kekalahan.
Di ajang AFF U-23 perdananya, ia berhasil mempersembahkan medali perunggu setelah menang melalui adu penalti melawan Malaysia. Namun, langkahnya di kualifikasi Piala Asia U-23 pertama kali harus terhenti setelah takluk dari Australia.
Sementara itu, Gerard Vanenburg mulai menangani timnas U-23 Indonesia sejak Juli 2025. Secara keseluruhan, Vanenburg telah memimpin delapan pertandingan, dengan hasil empat kemenangan (satu di antaranya melalui adu penalti), dua hasil imbang, dan dua kekalahan.
Secara statistik, pada tahun pertamanya, Vanenburg mencatatkan persentase kemenangan yang sama dengan STY di tahun pertamanya — yaitu meraih 50 persen kemenangan.
Menurut Budi setiap keberhasilan yang dituai juga membutuhkan waktu dan proses. STY, misalnya, baru membawa tim Garuda Muda lolos ke Piala Asia pada tahun keempat.
"Sementara Patrick Kluivert justru berhasil membawa Indonesia lolos ke Round 4 setelah tiga bulan ditunjuk sebagai pelatih timnas senior," jelas Budi.
Dalam data yang dipaparkan Football Institute, Shin Tae-yong memimpin timnas senior selama hampir empat tahun sejak 2021. Dari 60 pertandingan, ia membawa tim meraih 26 kemenangan, 14 hasil imbang, dan 20 kekalahan.
Di tahun pertamanya, dari 15 laga, STY mengemas 46,7 persen kemenangan, 20 persen imbang, dan 33 persen kalah. Prestasi terbaiknya saat itu adalah menjadi runner-up di AFF 2022 setelah dikalahkan Thailand di final, serta dua kemenangan penting di Kualifikasi Piala Asia.
Sementara kesempatan pertama STY di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Skuad Garuda saat itu sudah sempat babak belur di Grup G selama berada di bawah arahan Simon McMenemy.
Sementara itu, Patrick Kluivert ditunjuk sebagai pelatih timnas pada Januari 2025, langsung dihadapkan dengan tantangan besar di sisa laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 menggantikan STY.
Pelatih asal Belanda itu membawa Indonesia lolos ke putaran keempat dengan dua kemenangan atas China dan Bahrain, dan dua kekalahan dari Jepang dan Australia.
Budi menekankan membandingkan pelatih masa lalu dan masa sekarang tidak tepat karena situasi ruang, kondisi dan waktunya berbeda.
"Kredit tinggi layak disematkan kepada Patrick Kluivert karena berhasil membawa Indonesia lolos ke Round 4 Kualifikasi Piala Dunia dengan lawan yang secara kualitas dan ranking berada di atas Indonesia tanpa mendapat kesempatan TC," jelas Budi.