Cek Fakta: Presiden tak ucapkan “hanya” terkait insiden MBG
Muncul pemberitaan terkait pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai insiden pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.
Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.
Muncul pemberitaan terkait pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai insiden pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Beberapa unggahan di media sosial dan portal berita menambahkan kata “hanya” pada pernyataan Presiden, sehingga menimbulkan kesan beliau menyepelekan kasus keracunan makanan.
Faktanya, lembaga pemeriksa fakta cekfakta.ri menegaskan tambahan kata tersebut tidak pernah diucapkan oleh Presiden.
“Beredar pemberitaan yang menyesatkan dengan menambahkan kata ‘hanya’ pada pernyataan Presiden Prabowo, sehingga seolah-olah beliau menyepelekan insiden pangan. Padahal, kata itu tidak pernah diucapkan Presiden,” tulis akun @cekfakta.ri, dikutip Selasa, 30 September 2025.
Dalam pidato lengkap pada Musyawarah Nasional ke-6 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Presiden Prabowo justru menyoroti insiden tersebut dengan tegas. Kepala Negara menyampaikan ketidakpuasannya terhadap terjadinya kasus keracunan dan menekankan bahwa seluruh program, termasuk MBG, harus mencapai standar zero accident.
Ketua Umum Partai Gerindra itu memang tak melontarkan kata 'hanya'. "Bahwa ada kekurangan iya, ada keracunan makan iya. Kita hitung dari semua makanan yang keluar, penyimpangan atau kekurangan atau kesalahan itu adalah 0,00017 persen," kata Prabowo.
Setelah kembali dari lawatan luar negeri, Presiden langsung memanggil Kepala Badan Gizi Nasional dan jajaran Kabinet Merah Putih untuk melakukan evaluasi serta menyusun langkah korektif.
Unggahan di akun Instagram @pandemictalks serta sejumlah portal berita menuliskan judul: “Presiden Prabowo: Kasus keracunan MBG hanya 0,00017 persen di Indonesia.”
Kata “hanya” pada judul tersebut menjadi sorotan karena dianggap menyesatkan publik. Cekfakta.ri mengategorikan klaim tersebut sebagai Disinformasi, Fitnah, Kebencian (DFK).
Kolom komentar akun @cekfakta.ri dipenuhi reaksi warganet, seperti: @kunthi.nirmala: “Bisa gak sih akun2 yg sering DFK itu cling ilang.” @queenlareine: “Pandemictalks ngegoreng muluuu ?” @naznandham: “Buat deh undang2 untuk akun pemberitaan di media sosial.” @jamaal_alll: “Sekali2 kasih efek jera buat akun2 yg share DFK.”
Komentar-komentar ini mencerminkan kekhawatiran publik terhadap dampak hoaks di ruang digital.
Cekfakta.ri mengajak masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang beredar, terlebih tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu.
“Jangan biarkan kebohongan meracuni ruang publik. Berdirilah di atas fakta dan kebenaran, jadilah masyarakat yang kritis, cerdas, dan berani membela bangsa demi persatuan Indonesia.”