Wamen PPPA dorong keterlibatan perempuan dalam peningkatan mutu MBG
Perempuan dinilai berperan strategis sebagai pengelola pangan, gizi keluarga, hingga penggerak ekonomi restoratif berbasis komunitas dalam Program Makan Bergizi Gratis.

Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan.
Wakil Menteri (Wamen) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan mendorong keterlibatan aktif perempuan dalam meningkatkan kualitas Program Makan Bergizi Gratis (MBG) agar berjalan lebih optimal dan berkelanjutan.
Menurut Veronica Tan, perempuan di tingkat akar rumput selama ini identik dengan peran sebagai juru masak keluarga dan penentu pemenuhan gizi rumah tangga. Oleh karena itu, perempuan perlu didorong agar tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga menjadi aktor utama dalam pengelolaan Program MBG.
“Peran perempuan harus didorong agar tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga menjadi aktor utama dalam pengelolaan dan keberlanjutan Program MBG,” ujar Veronica Tan di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, perempuan dapat menjadi garda terdepan dalam pengelolaan pangan, mulai dari penyajian menu bergizi, pengelolaan agrikultur berbasis komunitas, hingga menciptakan manfaat ekonomi restoratif yang memberikan dampak finansial sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Program MBG, lanjut Veronica, bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan dan pemenuhan gizi sejak dini. Awalnya, program ini menyasar anak-anak sekolah, namun kini diperluas kepada ibu hamil dan menyusui sebagai upaya menekan angka stunting.
“Kami ingin anak-anak hidup sehat dan gizinya terpenuhi agar generasi emas Indonesia diisi sumber daya manusia berkualitas. Di sinilah pentingnya melibatkan perempuan,” katanya.
Wamen PPPA meyakini bahwa ketika perempuan diberi ruang dan kesempatan untuk terlibat secara aktif, dampak yang dihasilkan akan membawa perubahan signifikan terhadap kualitas pelaksanaan program. Ia juga menilai bahwa keterlibatan perempuan dalam pengelolaan Program MBG sudah berjalan di berbagai daerah. Namun ke depan, kualitas pelaksanaannya perlu terus ditingkatkan agar manfaat gizinya semakin optimal.
“Kami ingin dapur MBG tidak hanya menjadi tempat penyediaan makanan, tetapi berkembang sebagai komunitas kampung ilmu yang mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat,” ujar Veronica Tan.
Melalui keterlibatan perempuan dalam pengelolaan agrikultur berbasis komunitas, Program MBG diharapkan mampu menciptakan pemberdayaan perempuan yang berkelanjutan, memberikan dampak ekonomi, serta tetap menjaga keseimbangan lingkungan.




