Diaspora diserang doxing usai sambut Prabowo di AS, ini klarifikasinya
Nama mahasiswi Indonesia di Amerika Serikat, Glory Lamria, menjadi sorotan setelah wawancaranya di sela kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke New York viral di media sosial. Namun, viralnya wawancara tersebut justru memicu tuduhan dari sejumlah akun media alternatif atau homeless media. Tuduhan itu kemudian berkembang menjadi serangan pribadi terhadap Glory.

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Nama mahasiswi Indonesia di Amerika Serikat, Glory Lamria, menjadi sorotan setelah wawancaranya di sela kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke New York viral di media sosial. Namun, viralnya wawancara tersebut justru memicu tuduhan dari sejumlah akun media alternatif atau homeless media. Tuduhan itu kemudian berkembang menjadi serangan pribadi hingga ancaman terhadap Glory.
Awalnya, sejumlah akun menuding wawancara media asal Indonesia dengan Glory sudah diatur oleh pemerintah. Mereka juga menyebarkan klaim bahwa Glory menikmati fasilitas mewah yang dibiayai negara. Dalam salah satu unggahan di platform X, akun Barengwarga bahkan menyebut wawancara dengan diaspora di New York sudah diatur pihak istana, serta menyinggung unggahan pribadi Glory yang sedang berenang di hotel AMAN NY, tempat rombongan Presiden menginap. Unggahan tersebut juga disertai tuduhan bahwa mahasiswa lain yang terlibat dalam penyambutan Presiden mendapat fasilitas serupa.
Isu tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, menimbulkan kesan bahwa wawancara diaspora tidak murni, melainkan rekayasa pemerintah.
Menanggapi kabar tersebut, Glory Lamria kemudian memberikan klarifikasi. Ia menegaskan tidak pernah menerima briefing dari pemerintah terkait wawancara tersebut. Menurutnya, wawancara terjadi spontan saat seorang jurnalis mendekatinya ketika ia berdiri bersama sejumlah orang di depan hotel. Glory menekankan bahwa pernyataannya murni pendapat pribadi dan tidak mewakili pihak mana pun.
Selain itu, Glory juga membantah isu bahwa ia menginap di hotel mewah dengan biaya pemerintah. Ia menjelaskan bahwa foto yang beredar berasal dari akun Instagram pribadinya dan tidak ada kaitannya dengan agenda resmi kenegaraan. Glory menegaskan tidak pernah menerima uang maupun fasilitas menginap seperti yang dituduhkan.
Akibat tuduhan tersebut, Glory menjadi sasaran serangan siber. “Akibat pemberitaan Big Alpha yang sepihak tersebut, saya mengalami doxing, hate speech, bahkan ancaman kematian. Semua itu berawal dari klaim yang tidak benar,” ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Glory berharap publik lebih bijak menyikapi isu yang beredar. Ia menegaskan bahwa perbedaan pendapat dalam wawancara merupakan hal wajar dalam demokrasi, tetapi jangan sampai dipelintir menjadi alat provokasi yang justru merusak persatuan bangsa.
“Teman-teman boleh setuju atau tidak setuju dengan wawancara di media. Negara ini negara demokrasi. Namun, mari kita bersama-sama bijak. Jangan biarkan isu ini dipelintir demi kepentingan tertentu yang justru merusak dan memecah belah persatuan bangsa,” tutupnya.