Dinkes: Ada 83 kasus DBD di Manggarai pada periode Januari-Oktober

Dinas Kesehatan (Dinkes) Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencacat terdapat 83 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada periode Januari hingga Oktober 2025.
Kepala (Dinkes) Manggarai Jefrin Haryanto dihubungi dari Labuan Bajo, ,Selasa mengatakan kasus DBD tertinggi dilaporkan dari Kecamatan Langke Rembong dengan 38 kasus, menjadikannya wilayah dengan kontribusi kasus DBD paling besar di daerah itu
"Tingginya angka ini berkaitan dengan kepadatan penduduk dan mobilitas masyarakat yang relatif tinggi di wilayah perkotaan," katanya.
Lebih lanjut, Kecamatan Wae Ri’i mencatat 10 kasus, disusul Kecamatan Satar Mese sebanyak tujuh kasus. Beberapa kecamatan lain juga melaporkan adanya penularan DBD, meskipun dalam jumlah yang lebih rendah, antara lain Kecamatan Satar Mese Barat sebanyak empat kasus, Ruteng tiga kasus, dan Reok tiga kasus.
Sementara itu, kecamatan lain seperti Satar Mese Utara, Cibal Barat, Reok Barat, Rahong Utara, dan Lelak masing-masing melaporkan antara satu hingga lima kasus sepanjang tahun 2025. Wilayah dengan jumlah kasus terendah tercatat di Satar Mese Utara, Cibal Barat, Reok Barat, dan Lelak, yang masing-masing hanya melaporkan satu kasus.
"Secara keseluruhan penyebaran DBD pada tahun 2025 masih terjadi di hampir seluruh wilayah Kabupaten Manggarai, namun dengan tingkat kejadian yang cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Jefrin.
Pihaknya terus melakukan pemantauan intensif serta memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian, terutama di wilayah dengan kepadatan penduduk dan mobilitas tinggi seperti di Kecamatan Langke Rembong dan Wae Ri’i. Ia mengatakan kasus DBD dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren fluktuasi. Pada tahun 2022 tercatat 119 kasus dengan 118 pasien sembuh dan satu kasus meninggal dunia.
Jumlah kasus kemudian menurun pada tahun 2023 menjadi 64 kasus dengan 63 pasien sembuh dan kembali terdapat satu kasus meninggal dunia. Selanjutnya, pada tahun 2024 terjadi lonjakan dengan 279 kasus dengan seluruh pasien sembuh dan tidak terdapat kasus meninggal dunia.
Selanjutnya Dinkes Manggarai terus mengintensifkan berbagai langkah pencegahan menghadapi musim hujan yang berpotensi meningkatkan populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor penular DBD. Sejumlah upaya yang telah telah dilakukan antara lain menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M plus dan melakukan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat melalui media sosial, sekolah, tempat ibadah, dan kegiatan lintas sektor agar masyarakat aktif menjaga kebersihan lingkungan.
"Upaya lainnya melakukan koordinasi lintas sektor dengan pemerintah desa, kecamatan, sekolah, dan lembaga masyarakat untuk melaksanakan kegiatan gotong royong bersih lingkungan," katanya.
Kepada masyarakat, ia juga mengimbau agar mewaspadai penyakit DBD dengan melaksanakan Gerakan 3M Plus secara rutin di rumah dan lingkungan sekitar.
Ia meminta warga untuk memastikan tidak ada genangan air di wadah atau barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk, serta menjadi jumantik mandiri dengan memeriksa tempat penampungan air minimal satu kali setiap minggu.
"Segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, terutama disertai nyeri otot, bintik merah, atau mimisan," pintanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam gotong royong bersih lingkungan yang secara rutin dilaksanakan oleh pemerintah desa atau kelurahan setempat.
"Keberhasilan menekan kasus DBD bukan hanya bergantung pada upaya pemerintah, tetapi juga pada peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan," katanya.




