Top
Begin typing your search above and press return to search.

Dinpertan Purbalingga perkuat dukungan bagi petani kopi

Dinpertan Purbalingga perkuat dukungan bagi petani kopi
X

Ilustrasi - Biji kopi yang dibudidayakan petani di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. ANTARA/HO-Dinpertan Purbalingga

Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, memperkuat dukungan bagi petani untuk meningkatkan produktivitas, perluasan areal tanam, dan penguatan hilirisasi komoditas kopi di sejumlah kecamatan menyusul kenaikan harga kopi sekarang ini.

"Kami melihat gairah petani kopi terus meningkat. Pemkab Purbalingga melalui Dinpertan siap memperkuat pendampingan mulai dari budi daya, pascapanen hingga pemasaran agar kesejahteraan petani semakin naik," kata Kepala Dinpertan Kabupaten Purbalingga Prayitno di Purbalingga, Jateng, Sabtu.

Ia mengatakan luas tanaman kopi robusta di Purbalingga mencapai 1.682 hektare dengan produksi rata-rata 188,3 kilogram per hektare, sedangkan arabika seluas 98 hektare dengan produksi 130,5 kilogram per hektare. Selain itu, kata dia, Dinpertan juga menyiapkan lahan demplot kopi seluas 1,9 hektare di Desa Cendana untuk peningkatan kapasitas petani.

"Dalam kegiatan 'Rembug Kopi' yang digelar di Gasebo P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya) Sawah Gunung, Desa Karanganyar, pada Jumat (21/11/2025) kemarin dengan melibatkan Komunitas Petani Kopi Purbalingga (Kompak), para petani menyampaikan meningkatnya minat menanam kopi, termasuk di kalangan generasi muda," kata Prayitno.

Salah seorang petani dari Desa Gondang, Rusdi mengakui harga kopi yang membaik dalam dua tahun terakhir telah membangkitkan kembali semangat petani. Menurut dia, hal itu disebabkan harga kopi petik merah kini berkisar Rp75 ribu-Rp80 ribu per kilogram, sedangkan harga petik hijau keras berkisar Rp55 ribu-Rp65 ribu per kilogram.

"Dulu saat harga kopi hanya berkisar Rp18 ribu-Rp 20 ribu (per kilogram), petani kecewa. Bahkan, ada yang membabat tanaman kopinya dengan tanaman kapulaga yang saat itu harganya lebih bagus," katanya.

Saat ini, kata dia, petani sudah mulai menanam kembali tanaman kopi dan diharapkan harganya makin baik. Pegiat kopi Purbalingga, Hapsoro Paripurno mengaku tengah menyiapkan konsep mulai dari produksi hingga pasca panen dan hilirisasi yang dia sebut dengan "Mempertautkan Kopi, Kita, dan Bumi".

"Konsep inisiatif kolaboratif yang menjadikan kopi sebagai organic interface, medium penghubung antara manusia dan bumi. Konsep ini menghadirkan narasi multikanal tentang keberlanjutan melalui tur, pameran, riset, seni, media, dan pengalaman konsumsi kopi yang reflektif," katanya.

Menurut dia, misi yang ingin dicapai dari konsep tersebut berupa meningkatkan kesadaran kolektif tentang pentingnya kopi berkelanjutan. Selain itu, mendorong praktik ramah lingkungan dan keadilan dalam rantai nilai kopi, serta menghadirkan ruang kolaborasi lintas sektor yang meliputi petani, akademisi, seniman, barista, komunitas, dan pemerintah.

"Melalui konsep ini, kami ingin menaikkan nilai jual kopi hingga 30 persen," katanya.

Penasihat Kompak Indaru Setyo Nurprojo mendorong para petani kopi untuk berkolaborasi dengan pemerintah desa setempat khususnya yang mendapat hak pengelolaan hutan untuk kesejahteraan seperti di Desa Ponjen (Kecamatan Karanganyar) dan Desa Tanalum (Kecamatan Rembang).

"Lahan hutan tersebut, bisa juga digunakan untuk tanaman jenis kopi. Harapannya, tentu dapat menaikkan kesejahteraan petani kopi dan juga mendukung upaya konservasi," katanya.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire