Harapan Dharma Wanita Persatuan Kemensos jelang Hari Disabilitas Internasional 2025

Kunjungan kerja Fatma Saifullah Yusuf dan DWP Kemensos ke berbagai pusat karya disabilitas di Cimahi dan Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025)
Kunjungan kerja Fatma Saifullah Yusuf dan DWP Kemensos ke berbagai pusat karya disabilitas di Cimahi dan Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025)
Menjelang peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Sosial RI menggelar kunjungan kerja ke berbagai pusat karya disabilitas di Cimahi dan Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025). Kunjungan ini mempersiapkan produk unggulan penyandang disabilitas agar tampil di panggung nasional pada peringatan HDI, 3 Desember mendatang.
Penasihat I DWP Kemensos Fatma Saifullah Yusuf menegaskan komitmen untuk terus memasarkan karya disabilitas secara berkelanjutan di tingkat nasional. “Jadi masyarakat bisa tahu bahwa disabilitas punya karya dan memiliki potensi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka harus diberikan wadah dan kemampuannya patut diapresiasi,” tegas Fatma saat berdialog dengan para penerima manfaat disabilitas di Griya Difabel Cimahi.
Di tengah suasana cerah, para pengrajin disabilitas tampak tekun mencanting dan mewarnai batik. Meski memiliki keterbatasan fisik, ketelitian mereka justru menjadi kekuatan utama dalam menghasilkan karya yang bernilai.
Dalam kunjungannya, Fatma didampingi Penasihat II DWP Intan Agus Jabo turut berinteraksi dengan para pengrajin, bahkan ikut mewarnai kain batik menggunakan jegul. Ia juga menyerahkan bantuan berupa perangkat tablet digital.
“Kementerian Sosial mengapresiasi hasil karya adek-adek kita yang ada Griya Difabel Cimahi ini. Kalau selama ini mereka menggambarnya secara imajinasi, ke depan bisa belajar menggambar lewat digital juga agar semakin banyak inovasi dan semakin kaya budaya. Saya serahkan 2 buah tab untuk adek-adek, semoga berguna dan bermanfaat,” kata Fatma.
Para penerima manfaat, mayoritas penyandang disabilitas tuli dan fisik, tampak bahagia menerima bantuan tersebut. Mereka berharap perangkat digital dapat membuka peluang baru untuk menyalurkan kreativitas.
DWP Kemensos juga menyaksikan beragam motif batik khas seperti mega mendung, kujang, singkong cirendeu, hingga curug Cimahi. Produk turunan seperti tumbler, notebook, aksesoris, dan kerajinan lain telah diproduksi Griya Difabel selama lima tahun terakhir, dengan ribuan produk berhasil dipasarkan.
Perjalanan berlanjut ke Puka Official Store. Di sana, Fatma bertemu penyandang disabilitas intelektual yang membuat kerajinan bernuansa kontemporer seperti gantungan kunci, ikat rambut, dan goodie bag lukis. Ia bersama rombongan juga ikut melukis di atas box kertas, menciptakan suasana akrab di bawah terik matahari Cimahi.
Salah satu peserta, Ihsan (26) asal Lengkong, Bandung, berbagi kisahnya. “Aku senang di sini karena bisa melukis sama teman-teman, sejak dulu Ihsan senang melukis, sejak SMP sampai sekarang,” ujarnya. Karya Ihsan bahkan telah diminati turis lokal hingga mancanegara.
Kunjungan berikutnya dilakukan ke Workshop dan Gallery Batik Komar, yang dikenal dengan gaya Shibotik—perpaduan batik dan teknik Jepang Shibori. Fatma menyimak proses pembuatan batik fusion serta peran aktif pengrajin disabilitas tuna rungu di sana.
Rangkaian kegiatan berlanjut ke Art Therapy Center (ATC) Universitas Widyatama, Bandung, yang selama tiga tahun terakhir mengembangkan pendidikan inklusif dan pelatihan kerja bagi disabilitas. Hingga kini, ATC telah meluluskan 200 peserta yang sukses menjadi kreator, seniman, dan wirausaha mandiri.
Fatma menekankan pentingnya pendidikan inklusif bagi semua kalangan. Dalam kesempatan itu, penampilan musik Raihan Maulana Firdaus, alumni ATC 2020, menghadirkan suasana haru dengan lagu persembahan untuk ibunya.
Rombongan DWP Kemensos juga menyambangi Tab Space, ruang bagi seniman grafis neurodivergent untuk berekspresi, serta rumah pribadi pelukis disabilitas fisik Faisal Rusdi, yang melukis menggunakan mulutnya.
Melalui rangkaian kunjungan ini, DWP Kemensos menegaskan dukungan penuh terhadap pemberdayaan penyandang disabilitas, dengan harapan karya-karya mereka dapat menembus pasar yang lebih luas dan mendapat apresiasi layak di tingkat nasional maupun internasional.
Penulis: Rizky Rian Saputra/Ter