IHSG awal pekan melemah ikuti bursa kawasan Asia dan global

Arsip foto - Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/pri. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Arsip foto - Jurnalis mengambil gambar layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/pri. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi bergerak turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia dan global . IHSG dibuka melemah 88,21 poin atau 1,07 persen ke posisi 8.169,65. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 9,45 poin atau 1,19 persen ke posisi 784,16.
"Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat ke level 99, tertinggi sejak Juni 2025, menandakan peralihan investor ke aset dolar dan berpotensi memicu arus keluar modal asing dari pasar Indonesia,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data utang luar negeri (ULN) Agustus 2025 pada Rabu (15/10), yang mana pada Juli 2025 tercatat sebesar 434,1 miliar dolar AS, atau tumbuh 4,1 persen year on yaer (yoy).
Rinciannya, ULN pemerintah naik 9,0 persen menjadi 211,7 miliar dolar AS, sementara ULN swasta relatif stabil di 195,6 miliar dolar AS. Adapun, rasio ULN terhadap PDB menurun ke 30 persen, dengan dominasi pinjaman jangka panjang mencapai 85,5 persen.
Selain itu, pelaku pasar mencermati data Foreign Direct Investment (FDI) atau Penanaman Modal Asing (PMA) periode kuartal III-2025 pada Rabu (15/10). Pada kuartal II-2025, realisasi investasi tercatat senilai Rp477,7 triliun, meliputi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp202,2 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp 275,5 triliun.
Dari mancanegara, shutdown (penutupan) pemerintahan AS telah memasuki hari ke sembilan tanpa kemajuan berarti antara Partai Republik dan Demokrat.
Dampaknya mulai terasa, seperti pemangkasan tenaga kerja Internal Revenue Service (IRS) dan penundaan penerbangan oleh Federal Aviation Administration (FAA), meski sebagian pelaku pasar menilai efek ekonomi yang signifikan baru akan muncul apabila shutdown berlangsung lebih lama.
Di sisi lain, risalah rapat FOMC menunjukkan perbedaan pandangan antar pejabat The Fed mengenai arah suku bunga, sehingga pelaku pasar masih menahan diri dan menantikan sinyal jelas soal pelonggaran kebijakan moneter.
Kombinasi antara valuasi tinggi, kebijakan moneter yang belum pasti, dan gangguan ekonomi akibat shutdown menjadi faktor utama yang menekan sentimen di bursa saham AS, Wall Street.
Pada perdagangan Jumat (10/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup kompak melemah, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 1,68 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,86 persen, indeks DAX Jerman melemah 1,50 persen, serta indeks CAC Prancis melemah 1,53 persen.
Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup kompak melemah pada perdagangan Jumat (10/10) , diantaranya Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,90 persen ditutup di level 46.479,60, indeks S&P 500 melemah 2,71 persen ke level 6.552,51, indeks Nasdaq Composite melemah 3,49 persen dan ditutup di level 24.221,75.
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 491,64 poin atau 1,01 persen ke 48.088,80, indeks Shanghai melemah 44,51 poin atau 1,16 persen ke 3.851,25, indeks Hang Seng melemah 580,32 poin atau 2,14 persen ke 25.733,50, dan indeks Strait Times melemah 46,42 poin atau 1,05 persen ke 4.380,07.