IHSG berpotensi variatif di tengah pasar cermati data ekonomi domestik

Illustrasi - Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/am.)
Illustrasi - Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/3/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/am.)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa berpotensi bergerak variatif di tengah pelaku pasar mencermati data-data ekonomi domestik selama pekan ini. IHSG dibuka menguat 14,45 poin atau 0,18 persen ke posisi 8.137,69. Sedangkan, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,90 poin atau 0,24 persen ke posisi 804,35.
"Pelaku pasar menepis ketidakpastian potensi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS), dan tetap fokus pada prospek pertumbuhan Artificial Intelligence (AI) serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Dari dalam negeri, selama pekan ini, pelaku pasar menantikan sejumlah rilis data ekonomi domestik, di antaranya data inflasi dan purchasing managers' index (PMI) Manufaktur periode September 2025, serta data neraca perdagangan periode Agustus 2025.
Sementara itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan fundamental ekonomi domestik solid, dengan prospek rupiah berpeluang menguat lebih jauh.
Presiden Prabowo Subianto memastikan akan mengalokasikan Rp335 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 2026, yang diyakini dapat menggulirkan Rp900 triliun dalam perekonomian nasional karena melibatkan petani dan masyarakat, sehingga distribusi ekonomi lebih merata ke daerah.
Di sisi lain, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) bertentangan dengan UUD 1945. MK memberi waktu maksimal dua tahun untuk menata ulang UU itu, karena sejumlah pasal dinilai menimbulkan ketidakpastian hukum dan perlakuan diskriminatif.
Dari mancanegara, meski kebuntuan anggaran di Kongres AS meningkatkan risiko shutdown mulai 1 Oktober 2025, namun, pelaku pasar menilai dampaknya terhadap laba perusahaan secara historis akan minim. Beberapa pejabat The Fed memberikan pandangan beragam, diantaranya sebagian menekankan perlunya kebijakan ketat demi menekan inflasi, sementara yang lain, membuka peluang penurunan suku bunga.
CME FedWatch memperkirakan 89 persen peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) pada pertemuan berikutnya.
Pada perdagangan Senin (29/9), bursa saham Eropa kompak menguat, di antaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,14 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,16 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,02 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,13 persen.
Bursa saham AS di Wall Street juga kompak menguat pada Senin (29/9), di antaranya indeks S&P 500 menguat 0,26 persen ke 6.661,21, indeks Nasdaq menguat 0,44 persen ke 24.611,70, dan Dow Jones menguat 0,15 persen ke 46.316,07.
Sementara itu, bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei melemah 71,75 poin atau 0,16 persen ke 44.972,50, indeks Shanghai menguat 8,97 poin atau 0,24 persen ke 3.871,20, indeks Hang Seng melemah 29,62 poin atau 0,11 persen ke 26.615,55, dan indeks Strait Times menguat 8,96 poin atau 0,22 persen ke 4.279,13.