Ini syarat hibah riset MoRA The Air Fund Kemenag, dibuka Oktober 2025
Kepala PUSPENMA Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Ruchman Basori ungkap tak ada alasan bagi para dosen Perguruan Tinggi Keagamaan tidak melakukan riset.

Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi Program MoRA The Air Fund pada UIN KH. Abdurrahman Wahid, Jumat (19/9/2025) di Pekalongan, Jawa Tengah.
Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi Program MoRA The Air Fund pada UIN KH. Abdurrahman Wahid, Jumat (19/9/2025) di Pekalongan, Jawa Tengah.
Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Ruchman Basori mengungkapkan tidak ada alasan bagi para dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) tidak melakukan riset. Baik riset keagamaan maupun sains dan teknologi, yang hasilnya ditunggu oleh masyarakat.
Hal tersebut disampaikannya pada kegiatan Sosialisasi dan Monitoring Evaluasi Program MoRA The Air Fund pada UIN KH. Abdurrahman Wahid, di Pekalongan, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. “Bertransformasinya IAIN menjadi UIN meniscayakan beragam ilmu pengetahuan dikembangkan pada PTKIN dan ini akan berimplikasi pada perluasan kajian dan riset mengarah pada bidang-bidang sains dan teknologi”, tambah Ruchman, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Elshinta, Selasa (23/9/2025).
Seperti diketahui Kementerian Agama melalui Puspenma dalam tiga tahun: 2024, 2025 dan 2026 mendapatkan alokasi pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk hibah riset kolaboratif yang diberi nama MoRA The Air Fund untuk para dosen PTK.
Para dosen bisa berkolaborasi dengan sesama dosen Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK), dengan Perguruan Tinggi Umum (PTU) atau bahkan dengan para dosen di Luar Negeri. Ada empat bidang fokus riset MoRA The Air Fund yaitu Sosial Humaniora, Sains dan Teknologi, Ekonomi dan Lingkungan dan bidang Kebijakan Layanan Pendidikan dan Keagamaan.
Di hadapan para dosen UIN Gus Dur, Ruchman berharap para dosen memanfaatkan dana riset MoRA The Air Fund dengan baik. “Saatnya para dosen turun gunung untuk berijtihad dan berjihad intelektual melakukan penelitian, yang hasilnya akan berdampak pada pembangunan masyarakat,” katanya.
Ruchman menuturkan para dosen kurang bersemangat untuk melakukan penelitian pada masa lalu. Itu karena keterbatasan anggaran. Tapi, sekarang harus lebih semangat karena tersedia anggaran yang relatif besar.
“Tahun Anggaran 2025 ada 80 miliar rupiah dana MoRA The Air Fund yang harus dimanfaatkan untuk menggenjot riset para dosen. Tidak hanya di kalangan dosen PTKI, tetapi juga dosen PTK di bawah Ditjen Bimas Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu,” ungkap Ruchman.
Pendaftaran MoRA The Air Fund tahun 2025 dibuka, awal Oktober mendatang. Para dosen dapat mempersiapkan proposal riset dengan anggaran antara Rp 500 juta sampai dengan Rp 2 miliar. “Ini kesempatan emas jangan sia-siakan. Karena publik menunggu para dosen PTK turun gunung mengerahkan segala kemampuan melakukan beragam riset”, katanya.
Ada 8 syarat periset utama program MoRA The Air Fund yaitu
(1). WNI
(2). Dosen PTK termasuk Ma’had Aly dan Dosen FAI pada PTU
(3). Memiliki rekam jejak akademik baik
(4). Memiliki kualifikasi akademik Doktor (S3) dengan jenjang kepangkatan paling rendah Lektor, (untuk Ma’had Aly minimal Magister)
(5). Memiliki Sinta Score Overall minimal 50 (lima puluh)
(6). Diutamakan berkolaborasi dengan periset dari perguruan tinggi dalam dan/atau luar negeri
(7). Periset Utama maupun anggota hanya boleh mengusulkan satu proposal riset
(8). Bagi yang telah mendapatkan pendanaan pada periode sebelumnya, tidak dapat mengajukan proposal lagi.
Kepala Puspenma Kemenag didampingi Ketua Tim Investasi Pendidikan, Kerjasama dan Riset Hendro Dwi Antoro melakukan Monitoring, Evaluasi dan Sosisialisasi MoRA The Air Fund pada UIN KH Abdurrahman Wahid. Sementara itu, dari UIN Gus Dur, dihadiri Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr. Nur Kholis, M.A, Sekretaris LP2M Dr. Nanang Hasan Susanto, M.Pd.I dan sejumlah pejabat lainnya.
Penulis: Suwiryo/Ter