Inspirasi dari para perempuan penjaga perdamaian

Kemenko PMK bersama UN Women menyelenggarakan sebuah acara inspiratif, yakni Pemutaran Film Dokumenter New Hope: Harapan Baru Gerakan Perempuan Perdamaian di Sulawesi Tengah. ANTARA/HO-Andre Notohamijoyo.
Kemenko PMK bersama UN Women menyelenggarakan sebuah acara inspiratif, yakni Pemutaran Film Dokumenter New Hope: Harapan Baru Gerakan Perempuan Perdamaian di Sulawesi Tengah. ANTARA/HO-Andre Notohamijoyo.
Perempuan memiliki kekuatan yang sering kali tidak disadari dunia, yakni kekuatan untuk memulihkan, membangun kembali, dan menciptakan harapan di tengah reruntuhan konflik dan bencana.
Itulah pesan kuat yang mengemuka dalam pemutaran film dokumenter New Hope: Harapan Baru Gerakan Perempuan Perdamaian di Sulawesi Tengah, yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama UN Women pada 2 Oktober 2025.
Acara ini bukan sekadar peringatan 25 tahun Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 (2000) tentang Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan, tetapi juga perayaan atas keberanian dan daya juang perempuan Indonesia dalam menegakkan perdamaian di wilayah yang pernah dilanda konflik.
Resolusi 1325 menegaskan pentingnya peran perempuan dalam upaya pencegahan konflik, resolusi damai, dan rekonstruksi pascakonflik. Dalam konteks global, resolusi ini menjadi tonggak bersejarah yang menandai pengakuan dunia terhadap kontribusi perempuan dalam agenda perdamaian.
Namun, di Indonesia, makna resolusi ini menemukan wujud yang nyata di daerah-daerah seperti Sulawesi Tengah, di mana perempuan tidak sekadar menjadi korban, melainkan justru menjadi motor penggerak transformasi sosial. Dari film dokumenter tersebut, tampak bagaimana perempuan di Palu dan sekitarnya mengubah luka masa lalu menjadi kekuatan kolektif yang memperkuat komunitas dan mempererat jalinan sosial.
Perdamaian merupakan prasyarat utama pembangunan manusia yang berkelanjutan. Pernyataan itu mengandung pesan mendalam bahwa pembangunan tidak akan pernah kokoh tanpa fondasi sosial yang damai dan inklusif. Ketika perempuan diberi ruang untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, baik di tingkat komunitas maupun kebijakan nasional, maka lahir ketahanan sosial yang sejati.
Film ini menjadi refleksi nyata bagaimana perempuan mampu mengubah trauma menjadi ketangguhan, dan bagaimana agenda Women, Peace, and Security (WPS) perlu terus diintegrasikan dalam kerangka pembangunan nasional agar setiap warga negara dapat berdaya dan sejahtera.
Konteks ini memperlihatkan sinergi antara kebijakan pembangunan manusia dengan dimensi kemanusiaan yang lebih luas. Integrasi agenda WPS ke dalam kebijakan publik berarti menempatkan perempuan bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pelaku utama dalam proses perubahan sosial.
Di sinilah letak relevansi film New Hope, sebuah kisah nyata tentang perempuan yang membangun perdamaian di tengah kompleksitas sosial dan ekonomi, tanpa perlu slogan besar atau intervensi dari luar. Mereka bekerja dalam diam, melalui gotong royong, empati, dan keberanian untuk memulai kembali dari titik nol.
Penggerak Utama
Prof. Syamsul Maarif, Kepala BNPB periode 2008–2015, menyoroti dimensi yang tidak kalah penting, yakni keterkaitan erat antara perdamaian dan ketahanan komunitas. Dalam situasi pasca-krisis, baik bencana alam maupun konflik sosial, perempuan sering kali menjadi penggerak utama yang memastikan kehidupan tetap berjalan.
Mereka menata ulang ruang sosial, memulihkan kepercayaan, dan menciptakan sistem dukungan baru bagi masyarakat yang terluka. Prof. Syamsul menilai, peran perempuan dalam fase pemulihan ini menunjukkan sense of mission yang kritis, sebuah panggilan moral untuk menjaga kehidupan, bukan hanya bagi keluarganya, tetapi bagi komunitas luas.
Pandangan ini sejalan dengan pendekatan kemanusiaan yang menempatkan perempuan sebagai agen resiliensi, bukan sebagai pihak yang pasif menunggu bantuan. UN Women dalam kesempatan itu menegaskan bahwa kolaborasi dengan Kemenko PMK menjadi langkah penting untuk memperluas implementasi Resolusi 1325 di tingkat lokal.
Sebab, implementasi kebijakan global tidak akan efektif tanpa keberpihakan yang nyata terhadap pengalaman dan kebutuhan perempuan di akar rumput. Kolaborasi ini menandai pergeseran penting dari sekadar advokasi menuju aksi yang konkret, di mana perempuan menjadi arsitek dari masa depan yang damai dan setara.
Pendekatan ini tidak hanya memperkuat kebijakan gender di tingkat nasional, tetapi juga membangun jembatan antara diplomasi global dan kearifan lokal Indonesia dalam menjaga harmoni sosial.
Acara peringatan 25 tahun Resolusi 1325 tersebut sekaligus mengingatkan bahwa perdamaian bukanlah kondisi yang statis, tapi menuntut perawatan berkelanjutan, terutama di wilayah yang pernah mengalami luka sosial mendalam seperti Sulawesi Tengah.
Menjaga Keseimbangan
Dalam konteks Indonesia, perdamaian dan pembangunan manusia tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah dua sisi dari satu mata uang, pembangunan tanpa perdamaian akan rapuh, sementara perdamaian tanpa pembangunan akan rapuh pula.
Ketika perempuan terlibat dalam menjaga keseimbangan ini, maka kedamaian menjadi sesuatu yang hidup, bukan sekadar wacana. Pesan besar dari kegiatan ini bukan hanya tentang memperingati sebuah resolusi internasional, melainkan tentang meneguhkan komitmen bersama untuk membangun bangsa yang berketahanan.
Ketahanan tidak semata diukur dari infrastruktur atau teknologi, tetapi dari kekuatan sosial yang tumbuh dari rasa saling percaya dan partisipasi semua pihak. Perempuan, dengan kepekaannya terhadap kehidupan, telah membuktikan bahwa rekonsiliasi sejati lahir dari hati yang mau mendengar dan tangan yang mau menolong.
Kemenko PMK dan UN Women dengan demikian tidak hanya memperingati tonggak sejarah, tetapi juga meneguhkan arah baru pembangunan nasional yang lebih manusiawi. Pengarusutamaan gender dalam kebijakan perdamaian dan kemanusiaan bukan sekadar kewajiban moral, melainkan strategi kebangsaan yang memperkuat kohesi sosial dan daya saing bangsa.
Ketika perempuan diberi ruang untuk memimpin, bangsa tidak hanya menjadi lebih adil, tetapi juga lebih tangguh dalam menghadapi masa depan.
Momentum ini mengingatkan bahwa perdamaian bukanlah warisan, melainkan hasil kerja bersama. Film New Hope menjadi simbol dari perjalanan panjang perempuan Indonesia dalam menapaki jalan damai, jalan yang tidak mudah, tetapi selalu penuh harapan.
Dari Sulawesi Tengah, pesan itu menggema ke seluruh nusantara bahwa kekuatan sejati bangsa ini terletak pada kemampuannya untuk memulihkan diri, dengan perempuan sebagai sumber cahaya yang tak pernah padam.