IPB produksi satu ton rendang untuk korban bencana Sumatera

IPB University bersama Persatuan Alumni Pelajar dan Mahasiswa Minang (PAPMM) mengadakan kegiatan kemanusiaan "marandang basamo" dengan memproduksi satu ton rendang daging untuk disalurkan kepada korban bencana banjir bandang dan longsor di Sumatera, yakni di Aceh, Sumut, dan Sumbar. ANTARA/HO-IPB
IPB University bersama Persatuan Alumni Pelajar dan Mahasiswa Minang (PAPMM) mengadakan kegiatan kemanusiaan "marandang basamo" dengan memproduksi satu ton rendang daging untuk disalurkan kepada korban bencana banjir bandang dan longsor di Sumatera, yakni di Aceh, Sumut, dan Sumbar. ANTARA/HO-IPB
IPB University bersama Persatuan Alumni Pelajar dan Mahasiswa Minang (PAPMM) mengadakan kegiatan kemanusiaan "marandang basamo" dengan memproduksi satu ton rendang daging untuk disalurkan kepada korban bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar.
Wakil Rektor IPB University Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim, Prof Ernan Rustiadi sebagaimana keterangan yang diperoleh dari IPB University di Kota Bogor, Selasa, Sumatera memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan IPB karena banyak mahasiswa, dosen, hingga alumni, berasal dari sana.
"Karena itu, apa yang terjadi di sana merupakan bagian dari keluarga besar kami. IPB akan selalu hadir untuk berkontribusi," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa IPB University tidak hanya berperan dalam penyaluran bantuan logistik, tetapi juga aktif mengirimkan tim ke lapangan serta berkoordinasi dengan tujuh perguruan tinggi yang ditugaskan sebagai posko dukungan bagi wilayah terdampak bencana.
Rendang yang diproduksi dalam kegiatan ini tidak hanya mengedepankan aspek gizi dan nilai budaya, tetapi juga keamanan pangan dan daya simpan.
Proses pengemasan dilakukan melalui kolaborasi dengan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University serta fasilitas Mitra Tani (MT Farm) di Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor, dengan metode vakum dan sterilisasi, sehingga produk dapat bertahan hingga dua tahun.
“Teknologi pangan IPB mampu menjawab tantangan di situasi darurat. Kami berharap kontribusi ini memberi manfaat nyata dan ikut mempercepat pemulihan masyarakat terdampak bencana,” tuturnya.
Wakil Ketua PAPMM Fadli Afriadi menjelaskan bahwa gerakan ini berawal dari inisiatif alumni Minang IPB yang kemudian mendapatkan dukungan luas dari dosen, pemengaruh (influencer), serta dunia usaha.
“Bagi masyarakat Minang, rendang bukan sekadar makanan, tetapi simbol tradisi, solidaritas, dan kebersamaan. Kami berharap rendang ini dapat menjadi penguat moril bagi para korban bencana," katanya.
Sementara itu, inisiator "marandang basamo", Rindang Matoati, SE, MSi, menuturkan bahwa inovasi dalam pengolahan dan pengemasan rendang dilakukan agar bantuan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat terdampak.
“Kami memastikan rendang ini aman, higienis, dan tahan lama. Harapannya, bantuan benar-benar bisa dikonsumsi dengan baik, tidak terbuang, serta dapat disimpan dalam jangka panjang," kata Rindang yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.
Selain rendang, panitia juga tengah mengupayakan penambahan nasi instan inovasi IPB University agar bantuan dapat disalurkan dalam bentuk paket santap saji siap makan.
Distribusi bantuan dilakukan melalui jaringan relawan, termasuk komunitas influencer Minang, serta berbagai platform kemanusiaan guna memastikan bantuan tersalurkan secara tepat sasaran dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat terdampak bencana.




