Top
Begin typing your search above and press return to search.

M Qodari: Penghargaan kepada Seskab Teddy tegaskan peran strategis dalam harmonisasi tata kelola pemerintahan

Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menyampaikan apresiasi atas penghargaan yang diberikan kepada Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya sebagai Tokoh Harmonisasi Tata Kelola Pemerintahan.

M Qodari: Penghargaan kepada Seskab Teddy tegaskan peran strategis dalam harmonisasi tata kelola pemerintahan
X

Sumber foto: Istimewa/elshinta.com.

Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menyampaikan apresiasi atas penghargaan yang diberikan kepada Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya sebagai Tokoh Harmonisasi Tata Kelola Pemerintahan. Penghargaan tersebut dinilai sebagai pengakuan atas peran strategis Teddy dalam memastikan sinergi, koordinasi dan kelancaran proses pengambilan keputusan di tingkat kabinet.

Menurut Qodari, penghargaan ini sekaligus menegaskan pemahaman publik dan elite mengenai peran Seskab dalam mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. “Awards 2025 oleh Detikcom sebagai Tokoh Harmonisasi Tata Kelola Pemerintahan memberikan perspektif yang tepat kepada publik dan kepada elite mengenai peran Pak Seskab Teddy Indra Wijaya di dalam pemerintahan,” ujar Qodari dalam keterangannya, Jumat (28/11).

Qodari menjelaskan bahwa fungsi utama yang dijalankan Seskab Teddy dapat dianalogikan sebagai _air traffic controller_ yang mengatur kelancaran arus isu, aktor, agenda kebijakan dan koordinasi antar kementerian.

“Apa itu peran Teddy? Yakni sebagai _air traffic controller_ yang mengatur lalu lintas anggota kabinet dan isu. Seperti _air traffic controller_ yang mengontrol pergerakan pesawat yang sangat banyak dan padat. Kalau tidak ada _air traffic controller_, maka akan terjadi kekacauan, tabrakan,” tegasnya.

Qodari menambahkan bahwa perspektif yang menyebut Teddy sebagai pintu menuju Presiden harus dikoreksi. “Teddy ini bukan sekadar pintu menuju presiden. Ada benarnya juga analogi sebagai penjaga pintu kepada presiden, tetapi menurut saya analogi yang lebih tepat adalah _air traffic controller_. Karena _air traffic controller_ itu menggambarkan kompleksitas orang dan isu yang berada di sekitar pusat gravitasi bernama Presiden Prabowo,” ungkapnya.

Qodari menilai pentingnya sudut pandang yang benar dalam memahami peran Seskab, terutama untuk meluruskan anggapan bahwa Teddy menghambat akses ke Presiden. “Perspektif ini penting karena sebagian elite dan media salah baca atau salah menyimpulkan, misalnya menganggap Teddy itu menghalangi akses kepada presiden. Yang sesungguhnya terjadi adalah Teddy yang paling mengetahui situasi, kondisi serta prioritas presiden,” jelas Qodari.

“Jadi sebetulnya bukan kacamata atau kepentingan Teddy, tetapi kacamata dan kebutuhan presiden. Itu cara yang tepat dalam melihat Teddy,” tambahnya.

Lebih lanjut Qodari menekankan bahwa tata kelola arus informasi yang sangat padat membutuhkan penataan yang sistematis.

“Dalam konteks analogi air traffic controller tadi, Teddy mengelola isu dan komunikasi dengan baik dan optimal. Karena informasi sangat beragam dan berjibun, sehingga harus dikelola dengan baik. Ada terminologi _‘too much information will kill you’_. Air bah informasi itu harus dikelola, harus ada irigasinya. Pengatur irigasi itu adalah Teddy sebagai Seskab,” ujar Qodari.

Menanggapi kritik bahwa Teddy dianggap terlalu muda, Qodari menegaskan bahwa kompetensi dan profesionalisme merupakan ukuran utama dalam birokrasi modern.

“Sebagian orang menganggap Teddy terlalu muda dan kurang pengalaman. Tetapi penghargaan itu menunjukkan bahwa Teddy memang kompeten. Walaupun usia relatif muda yakni 36 tahun, yang penting adalah kompetensinya. Kalau masih ada elite yang mengatakan Teddy terlalu muda, ya itu kurang informasi dan kurang gaul. Karena ini zaman dimana meritokrasi itu diatas usia,” tegasnya.

Untuk memperkuat pandangan tersebut, Qodari menyampaikan fakta sejarah dan contoh global.

“Presiden Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927 di usia 26 tahun. Pidato Indonesia Menggugat dibacakan Sukarno pada 1930 didepan pengadilan kolonial Belanda di Bandung saat usianya 29 tahun,” terang Qodari.

Di luar negeri, lanjutnya, Zohran Mamdani menjadi Wali Kota New York pada usia 34 tahun, dan Perdana Menteri Belanda saat ini Rob Jetten menjabat pada usia 38 tahun.

Dengan fakta tersebut, Qodari menegaskan bahwa kemampuan dan kapabilitas bukan usia yang menjadi ukuran utama dalam kepemimpinan dan tanggung jawab negara.

“Artinya, Teddy memang berusia relatif muda, tetapi kemampuannya sudah sesuai dengan yang dibutuhkan Presiden,” tutup Qodari.

Sumber : Elshinta.Com

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire