Mahasiswa Unhan dikerahkan bantu instalasi air pascabencana Sumut
Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik dan Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) dikerahkan untuk membantu instalasi air bersih pascabencana di Sumatera Utara (Sumut).

Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik dan Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) diberangkatkan menuju Sumatera Utara (Sumut) untuk membantu instalasi air bersih pascabencana pada Sabtu (20/12/2025). ANTARA/HO-Unhan.
Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik dan Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) diberangkatkan menuju Sumatera Utara (Sumut) untuk membantu instalasi air bersih pascabencana pada Sabtu (20/12/2025). ANTARA/HO-Unhan.
Sejumlah mahasiswa Fakultas Teknik dan Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) dikerahkan untuk membantu instalasi air bersih pascabencana di Sumatera Utara (Sumut).
Dilansir dari keterangan resmi diterima di Jakarta, Minggu, para mahasiswa berangkat dengan menumpang pesawat Hercules A-1331 milik TNI Angkatan Udara (AU) pada Sabtu (20/12) pukul 12.00 WIB.
“Kami berangkat ke Sumatera Utara untuk membantu pemeriksaan instalasi air,” ujar salah satu mahasiswa perempuan dari Program Studi Rekayasa Sumber Daya Air (RSDA) Fakultas Teknik dan Teknologi Pertahanan (FTTP) Unhan.
Pesawat Hercules A-1331 bertolak dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Lanud Soewondo, Medan.
Setibanya di Medan, para mahasiswa bersama logistik melanjutkan perjalanan ke lokasi bencana untuk menjalankan tugas pemeriksaan dan pendampingan teknis instalasi air di wilayah terdampak.
Sebelumnya, TNI bersama Unhan juga membentuk Satgas Pengembangan dan Penerapan Teknologi Penjernihan Air digunakan dalam penanganan bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Satgas ini bertugas untuk menciptakan alat penjernih air kotor menjadi air bersih yang layak dikonsumsi.
Satgas yang dikoordinatori Kolonel Inf Musthofa dan diketuai dosen Program Studi Fisika FMIPA Unhan RI Diyan Parwatiningtyas ini beranggotakan dosen dan kadet Unhan RI lintas program studi, termasuk Rekayasa Sumber Daya Air, Fisika, dan Teknik Sipil.
Mereka berupaya mengembangkan water treatment berbasis reverse osmosis yang mampu menghasilkan hingga 20.000 liter air bersih per hari untuk kebutuhan mandi dan mencuci, serta 4.000–5.000 liter air siap minum.
Mesin penjernihan air dirancang menggunakan tabung filtrasi berbahan Fiber Reinforced Plastic (FRP) dengan lapisan media penyaring seperti manganese ferrolite, manganese zeolit, karbon aktif, dan silika.
Air hasil filtrasi diproses dengan teknologi reverse osmosis dan penyinaran ultraviolet (UV) untuk memastikan bebas dari garam terlarut, kontaminan mikro, serta bakteri dan virus berbahaya.
Dengan biaya produksi sekitar Rp 65–70 juta per unit, teknologi ini dinilai efisien dan efektif untuk kondisi darurat bencana.




