Top
Begin typing your search above and press return to search.

Memasuki era maju hilirisasi nikel dengan pengembangan HPAL

Memasuki era maju hilirisasi nikel dengan pengembangan HPAL
X

Fasilitas hilirisasi nikel milik PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan, Selasa (21/10/2025). ANTARA/Muzdaffar Fauzan.

Upaya memacu nilai tambah (value added) dari hilirisasi nikel didorong melalui pembangunan fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL). Teknologi ini menjadi salah satu metode pengolahan nikel yang strategis di tengah meningkatnya kebutuhan bahan baku untuk baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

HPAL dapat memanfaatkan bijih nikel (nickel ore) berkadar rendah atau limonit yang dinilai kurang ekonomis jika diolah menggunakan teknologi tradisional. Kebanyakan fasilitas pengolahan bijih nikel masih mengolah nikel berkadar tinggi atau saprolit dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).

Menurut US Geological Survey, Indonesia memiliki cadangan nikel sekitar 55 juta ton, atau sekitar 42 persen dari cadangan global, menjadikannya yang terbesar di dunia dan yang paling strategis untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan Indonesia bisa memproduksi 13 juta kendaraan listrik dalam beberapa tahun ke depan. Untuk mewujudkan target itu, membutuhkan 59 ribu ton nikel limonit yang hanya bisa diproses lewat teknologi HPAL.

Berdasarkan perhitungan, per kilowatt hour (Kwh) baterai mobil listrik membutuhkan bahan baku nikel limonit 0,7 kilogram, mangan 0,096 kilogram, dan kobalt 0,096 kilogram. Bahan baku ini 93 persen bisa dipenuhi di Tanah Air dan 7 persen sisanya, yaitu lithium perlu diimpor.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menyoroti pentingnya penguatan rantai pasok industri nikel di Indonesia. Pihaknya ingin memastikan bahwa hilirisasi nikel tidak hanya berhenti pada produksi bahan baku, tetapi juga mencakup pengembangan teknologi daur ulang baterai.

Dengan begitu, industri kendaraan listrik nasional bisa lebih mandiri dan kompetitif di pasar global. Kata dia, pemerintah terus berupaya mendorong hilirisasi baterai kendaraan listrik, khususnya berbasis nikel, dengan proyeksi dalam dua tahun ke depan sudah bisa menghasilkan baterai.

Mekanisme teknologi HPAL bekerja dengan proses pelarutan bijih nikel menggunakan asam dan temperatur tinggi. Melalui proses ini, kandungan logam strategis seperti nikel dan kobalt dapat dipisahkan dan diolah menjadi produk antara atau bahan baku untuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mixed Sulphide Precipitate (MSP).

Produk ini merupakan komponen penting dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik, termasuk baterai berbasis nickel-manganese-cobalt (NMC). Dibandingkan teknologi pengolahan berbahan dasar bijih saprolit seperti RKEF, HPAL menawarkan keunggulan dari sisi pemanfaatan sumber daya.

Teknologi ini dapat mengoptimalkan cadangan limonit berkadar nikel 0,8 hingga 1,5 persen, membuat HPAL semakin relevan bagi negara yang sedang memaksimalkan cadangan nikelnya untuk memberikan keuntungan yang lebih besar.

Selain itu, teknologi HPAL dinilai lebih mendukung target keberlanjutan karbon bersih atau Net Zero Emissions/NZE) karena menghasilkan intensitas karbon yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan proses peleburan konvensional.

Dengan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik yang terus meningkat, HPAL diperkirakan akan memainkan peran krusial dalam hilirisasi nikel di Tanah Air. Saat ini proyek-proyek pembangunan fasilitas HPAL tengah dikembangkan berbagai perusahaan, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sekaligus menjadi penanda transformasi besar dalam pemanfaatan mineral kritis yang dimiliki Indonesia.

Peran BUMN

Melalui pemanfaatan teknologi HPAL yang tengah dibangun PT Vale Indonesia di Sorowako, holding BUMN pertambangan MIND ID ingin memastikan pengolahan nikel dapat memberikan nilai tambah yang besar. Corporate Secretary MIND ID Pria Utama menyebut, HPAL menjadi salah satu teknologi paling mutakhir dalam mengolah bijih nikel berkadar rendah.

Bagi MIND ID, inovasi ini bukan hanya soal efisiensi yang memberikan nilai tambah lebih besar, tetapi juga langkah konkret untuk mengurangi emisi dari proses produksi. Dengan kemampuan MIND ID sebagai produsen bahan baku mineral, termasuk MHP, perusahaan negara itu optimistis Indonesia bisa memperkuat posisi industri kendaraan listriknya.

Vale tengah membidik pendanaan eksternal sebesar 1 hingga 1,2 miliar dolar AS yang akan digelontorkan secara bertahap hingga 2027. Kebutuhan dana itu digunakan untuk pengembangan tiga proyek tambang nikel perusahaan di Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako.

Selain untuk proyek tambang, pendanaan juga diarahkan guna mendukung pembangunan fasilitas pengolahan nikel berteknologi HPAL bersama sejumlah mitra strategis. Dari total kebutuhan tersebut, tahap awal pendanaan sekitar 500 juta dolar AS akan diperoleh melalui pinjaman bank pada 2026.

Sementara sisanya, sekitar 500 hingga 700 juta dolar AS, berpotensi dihimpun melalui penerbitan obligasi pada 2027. Ketiga proyek tambang nikel yang dimiliki perusahaan negara itu dalam proses konstruksi. Tambang Bahodopi ditargetkan mulai berproduksi tahun ini, disusul proyek Pomalaa pada 2026, dan proyek Sorowako setelahnya.

Proyek HPAL Pomalaa dikembangkan bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd dan Ford Motor Co, dan dijadwalkan tuntas pada kuartal IV 2026.

Di Bahodopi, perusahaan menggandeng GEM Co., Ltd untuk proyek HPAL dan masih membuka peluang kemitraan tambahan. Sementara di Sorowako, Vale telah menjalin kerja sama awal dengan Huayou dan masih menjajaki calon mitra lainnya.

Langkah strategis yang diupayakan oleh pemerintah bersama perusahaan negara lewat pengembangan teknologi HPAL memberi harapan baru bahwa transformasi industri pertambangan nikel di Tanah Air tengah memasuki era baru yang lebih memberikan nilai tambah dan lebih maju.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire