Menag: STQH Nasional Sultra 2025 ikut picu kebangkitan ekonomi rakyat

Menag RI Nasaruddin Umar (kanan) bersama Gubernur Sultra Andi Sumangerukka (kiri) saat diwawancarai di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (11/10/2025) malam. (ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra)
Menag RI Nasaruddin Umar (kanan) bersama Gubernur Sultra Andi Sumangerukka (kiri) saat diwawancarai di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (11/10/2025) malam. (ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra)
Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menyebutkan pelaksanaan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional Ke-28 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), selain menjadi wasilah juga ikut memicu kebangkitan ekonomi rakyat berkat kehadiran ribuan peserta dan penggembira.
Menag RI Nasaruddin Umar di Kendari, Sabtu (11/10) malam, mengatakan bahwa Sultra memiliki rekam jejak yang baik sebagai tuan rumah kegiatan keagamaan nasional, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah MTQ pada 2006 dan STQ pada 2019.
"Ini adalah perhelatan yang ketiga, Sulawesi Tenggara. Dan alhamdulillah selalu sukses," kata Nasaruddin Umar.
Dia menyebutkan bahwa salah satu dampak positif terbesar dari penyelenggaraan STQH adalah pada sektor ekonomi lokal. Ribuan kafilah, official, dan penggembira dari seluruh provinsi hadir memicu perputaran uang yang signifikan.
"Dihadiri seluruh provinsi seperti yang anda tadi lihat. Ada juga kegiatan-kegiatan lain seperti bazar. Ada sekitar 10.000-an peserta ditambah dengan para penggembira dari berbagai provinsi yang datang," ujarnya.
Nasaruddin Umar menyampaikan ilustrasi potensi perputaran ekonomi yang terjadi jika ada semacam kebangkitan ekonomi rakyat. Kalau misalnya 10.000 orang tersebut satu kali membelanjakan 1 hari Rp500 ribu tentu akan memberikan dampak yang besar.
"Meskipun membutuhkan pengorbanan anggaran dari pemerintah daerah, dampak ini akan tertutupi dengan bergairahnya pedagang-pedagang kaki lima dan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)," jelasnya.
Selain itu, popularitas Sulawesi Tenggara juga meningkat tajam dengan hadirnya tamu-tamu VIP seperti Gubernur dan Wakil Gubernur dari berbagai daerah, serta seluruh Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama. Ia juga memuji kualitas penyelenggaraan STQH di Sultra yang terasa seperti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional, meski cabang lomba STQH seharusnya lebih terbatas.
"Luar biasa Pak Gubernur bersama dengan seluruh tim bisa menyelenggarakan STQH ini, walaupun namanya STQH tapi rasa MTQ. Benar-benar ini sama kualitasnya dengan penyelenggaraan MTQ tingkat nasional. Ini prestasi yang dilakukan oleh Sulawesi Tenggara," sebut Nasaruddin Umar.
Terkait perbedaan STQH dan MTQ, Menag menjelaskan bahwa STQH diselenggarakan secara khusus untuk menyeleksi utusan terbaik Indonesia ke ajang MTQ internasional.
"Target kita itu untuk mencetak juara-juara internasional yang akan datang. Siapa nanti yang juara di sini, itu yang akan mewakili Indonesia di luar negeri," lanjutnya.
Ia menambahkan ada gagasan untuk mengembalikan istilah tunggal MTQ dan tidak lagi menggunakan istilah STQH di masa depan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa energi, pengeluaran dan gairah masyarakat yang ditunjukkan dalam penyelenggaraan STQH hampir sama dengan MTQ.
"Kita ada gagasan tadi di pertemuan kita di Dewan Hakim. Bagaimana kalau kita kembalikan tidak pakai istilah STQ lagi tapi kita kembalikan jadi MTQ. Nanti akan dirapatkan oleh LPTQ Nasional," tambahnya.