Menko AHY – Menteri Koperasi apresiasi pendidikan karakter UAG yang kian relevan di era modern

Founder ESQ Corp, Ary Ginanjar Agustian bersama Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Menteri Koperasi Ferry Juliantono saat Wisuda Ke-9 sekaligus Welcoming Reception Ke-13 Universitas Ary Ginanjar (UAG) dan ESQ Business School (EBS) di Menara 165, Jakarta, pada Rabu (10/9/2025). (foto: ist)
Founder ESQ Corp, Ary Ginanjar Agustian bersama Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Menteri Koperasi Ferry Juliantono saat Wisuda Ke-9 sekaligus Welcoming Reception Ke-13 Universitas Ary Ginanjar (UAG) dan ESQ Business School (EBS) di Menara 165, Jakarta, pada Rabu (10/9/2025). (foto: ist)
Jakarta - Universitas Ary Ginanjar (UAG) bersama ESQ Business School sukses menggelar Wisuda Ke-9 sekaligus Welcoming Reception Ke-13 dengan mengangkat tema “Grow to Lead, Lead with Purpose” yang berlangsung di Menara 165, Jakarta, pada Rabu (10/9/2025).
Diketahui, Universitas Ary Ginanjar adalah satu-satunya kampus di Indonesia berbasis 3 kecerdasan: Intelektual, Emosional, dan Spiritual, serta menjadikan karakter dan moral sebagai fondasi utama.
Dalam orasinya Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan rasa bangga atas keberlanjutan dan konsistensi Universitas Ary Ginanjar dalam memberikan pendidikan yang berbasis nilai.
“Selamat kepada Universitas Ary Ginanjar yang bukan hanya semakin eksis tetapi juga terus maju dan berkembang. Saya masih ingat ketika awal-awal konsep ESQ viral, banyak yang skeptis dan menganggapnya hanya tren sesaat atau sekadar gimmick, tapi saya memberikan catatan tersendiri tidak. Hari ini kita bisa melihat bahwa nilai-nilai yang ditanamkan benar-benar mendasar, dan justru semakin menemukan relevansinya di dunia yang serba modern,” ujar AHY.
Menurutnya, hidup adalah universitas yang tidak pernah berhenti. Gelar akademik memang penting, namun yang lebih utama adalah bagaimana ilmu yang diperoleh bisa berkontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
“Kita tidak boleh menyia-nyiakan peluang ini. Pembangunan bangsa ke depan bukan hanya soal mengelola sumber daya alam, tetapi juga soal menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. SDM-lah yang bisa membawa kita pada lompatan-lompatan transformasional, termasuk di bidang ekonomi. Mari kita bangun bersama generasi yang memiliki empati, daya saing, dan komitmen pada kemajuan bangsa,” tegas AHY.
Founder ESQ Corp sekaligus Founder Universitas Ary Ginanjar, Ary Ginanjar Agustian, menegaskan bahwa UAG hadir dengan visi besar mencetak generasi pemimpin masa depan yang berkarakter, berintegritas, dan memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
“Kampus ini menjunjung tinggi pembentukan moral dan karakter anak-anak bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Soft skill menjadi inti pembelajaran, sehingga kampus ini dikenal sebagai University of Life. Kami ingin melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental dan memiliki hati nurani,” tutur Ary.
Ia juga mengutip pepatah bahwa apa yang dipetik hari ini adalah hasil dari apa yang ditanam di masa lalu. Demikian pula, apa yang ditanam hari ini akan menentukan masa depan bangsa.
“Sampai saat ini, ESQ telah melahirkan 2,5 juta alumni secara offline dan 2 juta alumni secara online. Namun itu baru 0,5 persen dari total populasi, target kami adalah mencapai 10 persen di tahun 2045. Saya yakin, ketika era otot sudah digantikan robot dan otak sudah digantikan AI, maka yang tersisa adalah hati nurani, yakni kecerdasan emosional dan spiritual. Di sinilah peran penting pendidikan berbasis karakter,” imbuhnya.
Ary juga menyampaikan optimisme bahwa generasi emas 2045 akan lahir dari kampus-kampus yang berkomitmen pada pembentukan karakter. Bahkan, ia memproyeksikan Indonesia pada tahun 2085 bisa menjadi “atap dunia”, asalkan bangsa ini tetap memelihara harapan dan semangat kebersamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi (Menkop), Ferry Juliantono, menyoroti pentingnya menegakkan kembali sistem ekonomi berbasis kekeluargaan sesuai amanat UUD 1945.
“Dalam pemerintahan Presiden Prabowo, kita ingin meluruskan kembali arah pembangunan ekonomi agar sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa. Sistem ekonomi kita adalah sistem yang berbasis gotong royong, dengan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional,” jelas Ferry.
“Soko itu tiang, guru itu utama, jadi sebenarnya koperasi itu badan usaha yang harusnya menjadi tiang utama perekonomian nasional, tapi sekarang koperainya ketinggalan, kita harus mengejar ketertinggalan itu,” paparnya.
Menurutnya, koperasi seharusnya menjadi tiang utama perekonomian nasional. Namun saat ini, koperasi masih tertinggal sehingga perlu revitalisasi.
“Harapannya masyarakat desa bisa bebas dari praktik rentenir, pinjaman online ilegal, dan jeratan utang. Jika mereka bisa lebih produktif, sejahtera, maka pertumbuhan desa akan meningkat dan akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan,” tambahnya.
Sementara itu, Muhammad Nuh, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, berpesan kepada para wisudawan agar menjaga nilai kesetiaan sebagai fondasi kehidupan pribadi maupun berbangsa.
“Negeri, perusahaan, bahkan rumah tangga biasanya rusak karena hilangnya kesetiaan. Maka, setialah pada kebenaran, pada bangsa dan negara, dan pada janji-janji yang pernah dibuat. Kesetiaan adalah fondasi utama keberhasilan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya rasa syukur. “Tidak semua orang mendapat kesempatan kuliah dan lulus dengan baik seperti kalian hari ini. Maka bersyukurlah, karena syukur adalah sumber kekuatan untuk melangkah lebih jauh,” tambahnya.
Muhammad Nuh juga memberikan apresiasi kepada Ary Ginanjar yang telah membuka akses pendidikan bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu.
"Terima kasih Pak Ary, yang telah memfasilitasi anak-anak bangsa yang kesulitan ekonomi untuk bisa kuliah di UAG. Ini langkah yang luar biasa,” katanya. (Dd)