Menteri PPPA jenguk korban kebakaran di Pengadegan Timur, dukungan psikososial untuk anak-anak

Menteri PPA Arifah Fauzi menjenguk korban kebakaran di Pengadegan, Jakarta, Minggu (12/10/2025)
Menteri PPA Arifah Fauzi menjenguk korban kebakaran di Pengadegan, Jakarta, Minggu (12/10/2025)
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, meninjau posko pengungsian kebakaran di Pengadegan Timur, Jakarta Selatan, Minggu (12/10/2025). Dalam kunjungannya, Menteri PPPA tidak hanya meninjau kondisi posko dan lokasi kejadian, tetapi juga berinteraksi dan bermain bersama anak-anak pengungsi untuk menghibur serta memberikan dukungan psikososial.
“Kami melakukan koordinasi intens dengan Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) Provinsi DKI Jakarta dalam memberikan pelayanan terhadap perempuan dan anak yang terdampak kejadian kebakaran ini. Pendataan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak sudah dilakukan, dan hari ini kami hadir untuk menyapa warga, terutama anak-anak, agar mereka merasa terhibur," ujarnya.
Menteri PPPA menggarisbawahi bahwa situasi darurat pascabencana dapat meningkatkan risiko kekerasan berbasis gender (KBG) serta eksploitasi terhadap anak, termasuk potensi pekerja anak atau perdagangan manusia. Mengantisipasi hal tersebut, Kemen PPPA mengaktifkan layanan pengaduan cepat melalui Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 dan menyiagakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di wilayah terdampak.
Selain memastikan perlindungan bagi kelompok rentan, Kemen PPPA juga memantau kondisi terkini di lapangan. Berdasarkan data sementara di posko pengungsian, sebanyak 31 kepala keluarga (KK) atau 98 jiwa terdampak dalam kebakaran tersebut. Dari jumlah tersebut, 32 orang merupakan perempuan dewasa dan 32 lainnya adalah anak-anak, termasuk 2 orang balita.
Pimpinan di Kelurahan Pengadegan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta masih melakukan pendataan rinci terhadap korban terdampak, terutama demi memastikan kebutuhan spesifik kelompok rentan seperti perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Menteri PPPA menekankan pentingnya data terpilah dalam proses penyaluran bantuan.
“Kami mengapresiasi adanya data terpilah karena hal ini memastikan bahwa bantuan dan layanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok, sehingga diberikan secara tepat sasaran,” terangnya.
Sebagai bentuk dukungan awal, Kemen PPPA turut menyerahkan paket spesifik perempuan serta paket spesifik anak. Paket anak dibedakan berdasarkan usia, yaitu paket untuk anak usia 1–4 tahun; paket untuk anak usia 5–12 tahun; dan paket untuk anak usia 13–17 tahun.
“Kami akan terus mendampingi anak-anak dan perempuan agar bisa pulih secara fisik maupun psikologis. Semoga para korban diberikan kekuatan, kesabaran, dan kesehatan, serta dapat segera melanjutkan aktivitas seperti sediakala,” tambahnya.
Menteri PPPA berharap seluruh warga terdampak dapat segera bangkit dan mendapatkan solusi terbaik agar kehidupan mereka kembali normal.
Penulis: Sri Lestari/Ter