Museum NTT edukasi masyarakat bangga budaya lewat pameran temporer

Warga mengunjungi ruangan Pameran Temporer Museum Daerah NTT 2025 bertajuk "Simbol Literasi Tempo Dulu". ANTARA/Yoseph Boli Bataona
Warga mengunjungi ruangan Pameran Temporer Museum Daerah NTT 2025 bertajuk "Simbol Literasi Tempo Dulu". ANTARA/Yoseph Boli Bataona
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar pameran temporer sebagai upaya edukasi masyarakat agar bangga budaya sekaligus memperluas jaringan promosi museum.
“Kali ini pameran temporer museum mengangkat tema Simbol Literasi Tempo Dulu yang hendak menggugah kita agar bangga akan produk budaya dan pengetahuan warisan leluhur,” kata Kepala UPTD Museum NTT Mefiboset Bollu Eoh di Kupang, Kamis (27/11).
Ia menjelaskan pameran tersebut bersifat temporer yang diselenggarakan dalam batas waktu tertentu dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan sasaran utama kalangan pelajar.
Menurut dia, melalui koleksi yang ditampilkan, para pengunjung dapat mengetahui perkembangan peradaban manusia dalam setiap lini kehidupan, termasuk perkembangan literasi sebagai landasan peradaban bangsa, khususnya terkait warisan budaya NTT.
“Pameran ini merupakan cara museum berkomunikasi dengan masyarakat secara edukatif dan rekreatif melalui koleksi dan topik yang tematis,” ujarnya.
Pameran tersebut, ujar dia, berlangsung pada 26-29 November 2025 dengan turut menghadirkan panggung pentas seni budaya. Mefiboset berharap, rangkaian kegiatan pameran temporer tersebut dapat menjadi ruang interaksi dan pembelajaran publik.
Kepala Disdikbud Provinsi NTT Ambrosius Kodo mengatakan pameran museum temporer merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memastikan pelestarian dan pemajuan kebudayaan terus bertumbuh dan berkelanjutan di tengah masyarakat.
“Museum daerah mestinya menjadi tempat orang belajar. Bila orang ingin tahu tentang NTT bisa melakukan riset di museum ini,” katanya.
Ia menilai pameran tersebut sebagai ruang memperkenalkan pendidikan dan kebudayaan di NTT, sekaligus melestarikan warisan leluhur kepada generasi penerus. Ambrosius juga menyoroti fenomena generasi muda yang kurang mengenal budaya daerah dibanding produk budaya populer dari luar negeri.
Oleh karena itu, ia berharap, pameran ini menjadi ruang bagi generasi muda untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya sendiri.




