Top
Begin typing your search above and press return to search.

Penguatan karakter bangsa di era digital, Pemerintah susun regulasi baru

Penguatan karakter bangsa di era digital, Pemerintah susun regulasi baru
X

Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito 

Pemerintah menegaskan urgensi penguatan karakter bangsa di tengah derasnya penggunaan ruang digital, terutama di kalangan generasi muda.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito, dalam wawancara di Radio Elshinta Edisi Pagi, Kamis (11/12/2025).

Ia mengatakan Pemerintah telah memetakan berbagai tantangan karakter, mulai dari lingkungan pendidikan, keluarga, hingga ruang digital yang kini melampaui batas usia hingga profesi.

“Penguatan etika dan karakter di ruang digital sekarang melampaui dimensi ruang dan usia, sehingga SDM unggul ke depan harus memiliki fondasi karakter bangsa yang kuat,” ujarnya.

Warsito menyebut kekhawatiran utama Pemerintah terkait degradasi kapasitas personal, termasuk menurunnya kemampuan interpersonal dan critical thinking akibat penggunaan digital dan kecerdasan buatan yang tidak bijak.

“Kalau tidak cerdas dalam ber-digital dan ber-AI, critical thinking akan luruh karena semua bisa dilakukan teknologi,” katanya.

Untuk itu, Pemerintah tengah menyiapkan langkah-langkah terstruktur yang diawali dengan rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga serta penyusunan kajian akademik yang akan menjadi dasar penyelarasan regulasi baru pada awal 2026.

Ia mencontohkan, regulasi penguatan karakter yang saat ini ada masih dominan berfokus pada pendidikan formal, seperti Permendikbud Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Padahal, ekosistem karakter mencakup lima unsur, termasuk keluarga.

“Negara tidak melakukan penetrasi, tapi memberikan perspektif bahwa penguatan karakter dimulai dari keluarga,” jelasnya.

Salah satu bentuk intervensi yang mulai dilakukan adalah penguatan pendidikan pra-nikah dan komitmen orang tua saat mendaftarkan anak ke sekolah agar turut berperan aktif dalam pengasuhan karakter.

Terkait indikator karakter masa kini, Warsito menjelaskan Pemerintah juga merujuk pada gerakan 7 Anak Hebat Indonesia, yang disusun Kemendikbudristek, seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, belajar keras, hingga tidur cukup. “Dulu itu dilakukan, tapi belum ternarasikan. Sekarang jadi gerakan nasional,” katanya.

Namun, Pemerintah juga mencermati karakter generasi Alpha dan Gen Z yang dinilai lebih kritis dan independen, tetapi memiliki ketergantungan tinggi pada gawai.

“Minimal tujuh jam per hari mereka pegang gawai. Independensi harus dilihat substansinya, jangan sampai justru tergantung pada perangkat,” tuturnya.

Warsito menilai ruang digital memberikan dua sisi: potensi melemahnya interaksi sosial, namun juga peluang gotong-royong baru melalui kampanye dan aksi solidaritas berbasis teknologi.

“Gotong royong hari ini bisa berupa membuat aplikasi untuk membantu sesama. Itu wujud karakter bangsa di era digital,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa ruang digital harus dijaga secara kolektif agar tidak meluruhkan jati diri bangsa. “Kita semua, termasuk orang tua, harus memastikan karakter bangsa tetap kuat,” pungkas Warsito.

Penulis: Dedy Ramadhany/Ter

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire