Persagi tegaskan peran strategis ahli gizi dalam rogram Makan Bergizi Gratis

Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Ir. Doddy Izwardy, menegaskan bahwa peran ahli gizi menjadi komponen esensial dalam penyelenggaraan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh Satuan Penyelenggara Program Gizi (SPPG). Hal ini disampaikan dalam wawancara khusus Radio Elshinta edisi siang, Selasa (18/11/2025).
Doddy menjelaskan bahwa Persagi sebenarnya telah dilibatkan sejak awal sebelum pembentukan SPPG. Keterlibatan tersebut dimulai dari proses penyusunan petunjuk teknis serta pedoman pelaksanaan program.
“Sejak pendirian SPPG di tahun sebelumnya Persagi sudah dilibatkan, termasuk dalam penyusunan juknisnya,” ujarnya kepada Anchor Henny Firdawati.
Dalam upaya memperkuat pelaksanaan MBG, Persagi baru saja menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Kerja sama tersebut berkaitan dengan penyediaan tenaga ahli gizi di seluruh SPPG, terutama untuk memenuhi target pemerintah yang menetapkan kebutuhan hingga 30.000 tenaga ahli gizi pada 2025.
“MOU-nya baru minggu lalu, karena prosesnya cukup panjang untuk menentukan peran apa yang bisa Persagi bantu dalam program ini,” kata Doddy.
Persagi saat ini memiliki 53.000 anggota, namun hanya sekitar 16.000 yang tercatat aktif. Pendataan itu menjadi dasar pemetaan kemampuan pemenuhan tenaga ahli gizi bagi SPPG. “Kami sudah melakukan updating sejak Januari. Ada sekitar 16.000 anggota yang aktif berdasarkan kepemilikan KTA,” jelasnya.
Doddy menekankan bahwa kompetensi ahli gizi sangat penting untuk menjamin keamanan pangan, kualitas menu, serta pembentukan perilaku makan sehat bagi anak sekolah. Menurutnya, fungsi ahli gizi bukan sekadar memastikan makanan dimasak dengan benar, tetapi juga mengedukasi penerima manfaat.
“Fungsinya bukan hanya untuk masak-memasak. Para ahli gizi membangun perilaku makan anak di sekolah. Kenapa menu ini harus diberikan, mereka paham standar keseimbangannya,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa risiko keamanan pangan perlu diwaspadai, terutama setelah beberapa kasus keracunan yang terjadi dalam pelaksanaan MBG. Doddy menyebut bahwa titik rawan kerap muncul pada wadah penyajian atau food tray. “Kami amati itu pemicu sangat besar. Tray yang tidak bersih bisa memicu kontaminasi. Itu yang harus dijaga,” tegasnya.
Dalam perjanjian kerja sama (PKS) terbaru, BGN menargetkan pemenuhan 20.000 ahli gizi hingga akhir 2025. Doddy mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan perguruan tinggi untuk memastikan kesiapan lulusan gizi yang memenuhi standar. “Kemarin BGN menyampaikan sampai Desember ini bisa memenuhi 20 ribu ahli gizi di SPPG. Para dosen menanyakan sistem kerja, penggajian, jam kerja, semua sudah dijelaskan dalam PKS,” jelasnya.
Persagi juga akan memperkuat pembinaan dan advokasi kepada seluruh anggotanya agar standar penyelenggaraan makanan di SPPG dapat dipatuhi. Doddy menegaskan bahwa dua mandat organisasi berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 adalah pembinaan keanggotaan dan advokasi. “Kami tidak mau melampaui peran negara. Fokus kami dua hal itu saja,” ungkapnya.
Ia optimistis program MBG dapat memberikan dampak signifikan terhadap kualitas gizi anak Indonesia dan penurunan stunting sebagaimana pengalaman India yang berhasil menurunkan angka stunting hingga 32 persen dalam 20 tahun melalui program makanan sekolah.
“Kalau ini berhasil, perubahan perilaku makan akan terjadi, dan status gizi anak bisa diukur per tahun. Itu yang kami jaga,” tuturnya.
Program MBG menargetkan pemenuhan gizi harian sebesar 30–35 persen bagi 55 juta lebih peserta didik dari jenjang SD hingga SMA. Persagi memastikan akan terus mengawal pelaksanaan program agar aman, berkualitas, dan berdampak jangka panjang bagi kesehatan generasi muda Indonesia.
Penulis: Dedy Ramadhany/Ter




