Perusahaan Timur Tengah minati ekspor rempah Lampung produksi Nekaboga

Laksmi Istikasari, Sales & Marketing Manager Nekaboga memberikan penjelasan terkait minat sejumlah perusahaan luar negeri terhadap rempah produk Nekaboga di Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD Serpong Tangerang, Sabtu. ANTARA/Irfan
Laksmi Istikasari, Sales & Marketing Manager Nekaboga memberikan penjelasan terkait minat sejumlah perusahaan luar negeri terhadap rempah produk Nekaboga di Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD Serpong Tangerang, Sabtu. ANTARA/Irfan
Sejumlah perusahaan dari Timur Tengah dan Afrika berminat tinggi melakukan kerja sama ekspor produk olahan rempah asli Indonesia yang diproduksi oleh PT Natura Perisa Aroma (NPA) melalui lini bisnis Nekaboga.
“Baru satu hari kami berpartisipasi di Trade Expo Indonesia, respons pasar sudah sangat positif. Banyak buyer dari berbagai negara yang tertarik dan melakukan penjajakan serius untuk kerja sama ekspor, terutama untuk komoditas unggulan seperti black pepper (lada hitam), white pepper (lada putih), turmeric (kunyit) dan cassia (kayu manis),” ujar Sales & Marketing Manager Nekaboga Laksmi Istikasari saat ditemui di Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD Serpong Tangerang, Sabtu.
Menurut Laksmi, minat tersebut datang antara lain dari perusahaan asal Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, serta India, Libya, dan Somalia. Beberapa di antaranya bahkan telah mengajukan permintaan untuk pengiriman sample rempah ke negaranya masing-masing sebagai tahap awal proses ekspor.
“Ketertarikan mereka tidak lepas dari pengalaman dan reputasi kami yang telah lama menembus pasar internasional. Kualitas produk Nekaboga sudah teruji di berbagai negara. Selain itu, seluruh produk kami telah melalui pengujian laboratorium yang ketat, sesuai standar nasional maupun internasional,” jelasnya.
Dalam menjamin mutu dan keamanan produk rempah dan bumbu di Indonesia, Nekaboga menjalankan bisnis terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari kemitraan dengan petani lokal, pengawasan mutu melalui laboratorium in-house berteknologi modern, hingga memastikan bisnis berjalan sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
Nekaboga juga merupakan pelopor produsen rempah di Indonesia yang menerapkan steam sterilization process, yakni teknologi sterilisasi dengan panas dari uap air yang memadukan suhu dan tekanan tinggi dalam waktu singkat untuk menekan jumlah mikroorganisme tanpa bahan kimia ataupun iradiasi. Proses ini memastikan rempah-rempah yang dihasilkan aman secara mikrobiologi, bebas dari residu kimia, serta tetap mempertahankan karakter warna, aroma, dan kualitas alaminya.
“Selama tiga dekade kami menjaga komitmen pada kualitas dan keberlanjutan. Hasilnya, hampir 80 persen dari total produksi kami telah menjadi pasokan utama bagi berbagai industri makanan, penyedia layanan makanan, industri non-pangan, dan perusahaan ritel di luar negeri,” ungkap Laksmi.
Untuk memperkuat brand awareness, ia mengatakan Nekaboga aktif menjalin kolaborasi strategis dengan berbagai mitra dan lembaga pemerintah. Kolaborasi ini menjadi fondasi kuat yang menopang reputasi Nekaboga di pasar global selama lebih dari 30 tahun. Keikutsertaannya di Trade Expo Indonesia 2025 juga merupakan bentuk dukungan terhadap program Kementerian Perindustrian RI yang mendorong perusahaan nasional agar memperkuat penetrasi pasar domestik sekaligus memperluas ekspor bernilai tambah tinggi.
Selama pameran berlangsung, Nekaboga menampilkan beragam produk rempah unggulan berbasis rempah-rempah khas Indonesia, seperti black pepper (lada hitam), white pepper (lada putih), cassia (kayu manis), turmeric (kunyit), coriander (ketumbar), nutmeg (pala), long pepper (cabe jamu), galangal (lengkuas), ginger (jahe), mace (fuli pala), cubeba pepper (kemukus), java turmeric (temulawak), hingga tamarind (asam jawa).
Seluruh bahan baku diperoleh langsung dari petani rempah di Indonesia, yang selama ini menjadi mitra utama dalam rantai pasok perusahaan. Nekaboga tidak hanya membeli hasil panen, tetapi juga melakukan pemberdayaan dan pelatihan berkelanjutan kepada petani agar mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian mereka, serta dapat memenuhi kriteria dan sertifikasi produk yang ditetapkan.
“Melalui kemitraan ini, kami ingin memastikan keberhasilan ekspor rempah Indonesia juga memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah penghasil,” kata Laksmi.
Berfokus pada produk rempah berkualitas, Nekaboga telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan berbagai standar internasional seperti American Spice Trade Association (ASTA), International Organization for Standardization (ISO) 9001:2015 untuk Sistem Manajemen Mutu, Food Chemicals Codex (FCC), dan Food Safety System Certification (FSSC) 22000 untuk sistem manajemen keamanan pangan.
Sementara itu, Nekaboga juga melengkapi beragam sertifikasi internasional pendukung, antara lain sertifikasi rempah organik dari United States Department of Agricultur (USDA) dan EU–Regulation European Economic Community (EEC), serta tentunya sertifikasi HALAL MUI dan Kosher. Fasilitas Nekaboga juga telah terdaftar di Food and Drugs Administration (FDA) dari Amerika Serikat.
Dengan kualitas yang diakui secara global dan komitmen terhadap keberlanjutan, Nekaboga optimistis dapat memperluas kontribusinya di pasar dunia. Saat ini, produk-produk Nekaboga telah diekspor ke berbagai negara seperti Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, Taiwan, India, Amerika Serikat, serta sejumlah negara Eropa seperti Belanda, Swedia, dan Jerman.
“Rempah bukan hanya warisan budaya, tapi juga masa depan ekonomi Indonesia. Kami ingin membawa cita rasa rempah Nusantara ke lebih banyak negara dan membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing di panggung global,” kata Laksmi.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan TEI 2025 diikuti oleh 1.619 peserta dengan 8.045 buyers terdaftar dari 130 negara. Pameran ini dibagi ke dalam tiga zona utama, yaitu produk pangan dan pertanian, produk manufaktur, serta jasa dan gaya hidup.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan capaian transaksi dagang TEI 2025 bisa mencapai 16,5 miliar dolar AS atau senilai Rp273,5 triliun. Sementara itu total transaksi sementara penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 telah mencapai 17,27 miliar dolar AS atau setara Rp286 triliun.
Adapun produk-produk yang diminati oleh pembeli luar negeri antara lain, batu bara, investasi energi biru, emas, biodiesel, furnitur, minyak kelapa sawit dan turunannya, perhiasan, arang kayu, produk rempah, serta produk makanan dan minuman.