Petani Kaltim masih sejahtera dibuktikan dengan NTP tinggi
Petani di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang November 2025 secara umum masih sejahtera, dibuktikan dengan tingginya Nilai Tukar Petani (NTP) yang tinggi mencapai 148,33.

Seorang petani di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, sedang menggarap sawah agar siap disemai bibit padi (ANTARA/ M Ghofar).
Seorang petani di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, sedang menggarap sawah agar siap disemai bibit padi (ANTARA/ M Ghofar).
Petani di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang November 2025 secara umum masih sejahtera, dibuktikan dengan tingginya Nilai Tukar Petani (NTP) yang tinggi mencapai 148,33, jauh di atas 100 yang merupakan angka keseimbangan NTP.
"Angka keseimbangan NTP adalah 100, jika di bawah 100 berarti petani merugi, tepat angka 100 berarti kehidupan petani pasa-pasan, di atas 100 berarti untung, jauh di atas 100 berarti petani sejahtera," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim Yusniar Juliana di Samarinda, Sabtu.
Yusniar menjelaskan terdapat lima subsektor pertanian yang disurvei untuk menentukan NTP pada November 2025. Rinciannya, Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 103, Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) sebesar 111,19, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 211,45.
Kemudian Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 107,3, serta Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) Kaltim sebesar 102,91.
"Lima subsektor secara umum masih di atas angka 100, yang berarti positif," ujarnya.
Namun NTP November 2025 bila dibandingkan bulan sebelumnya, terdapat tiga subsektor yang mengalami penurunan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan minus 0,46 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat minus 0,92 persen, dan subsektor peternakan turun 0,60 persen.
Sebaliknya, terdapat dua subsektor pertanian yang mengalami kenaikan, yaitu subsektor hortikultura naik sebesar 2,79 persen dan subsektor perikanan naik sebesar 0,06 persen.
Berdasarkan survei tersebut, kata Yusniaar, secara bulanan NTP Kaltim pada November sedikit menurun 0,65 persen ketimbang Oktober, yakni dari 148,98 menjadi 148,33.
"Penurunan NTP disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) turun 0,13 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,31 persen," ungkapnya.
Yusniar menjelaskan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan. NTP dihitung dengan membandingkan antara It terhadap Ib.
"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, maka secara relatif makin kuat tingkat daya beli petani," katanya.




