PGI serukan semua pihak hentikan kekerasan di Papua
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan kekerasan akibat konflik bersenjata di Papua, yang membuat 100 ribu orang terdampak dan harus mengungsi ke tempat-tempat yang dinilai aman.

Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Sumber foto: Antara/elshinta.com.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyerukan kepada semua pihak untuk menghentikan kekerasan akibat konflik bersenjata di Papua, yang membuat 100 ribu orang terdampak dan harus mengungsi ke tempat-tempat yang dinilai aman.
“Berdasarkan data Dewan Gereja Papua, jumlah pengungsi akibat konflik bersenjata telah melampaui 100.000 orang,” ujar Ketua Umum PGU Pdt Jacklevyn F Manuputty dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Jacklevyn menyoroti konflik yang berkepanjangan tersebut telah menimbulkan korban jiwa, baik dari kalangan masyarakat sipil Papua maupun aparat keamanan, serta menyebabkan gelombang pengungsian dalam jumlah yang sangat besar.
Banyak di antara pengungsi berada dalam kondisi kemanusiaan yang kritis, tersebar di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau, serta mengalami keterbatasan akses terhadap pangan, layanan kesehatan, dan pendampingan pastoral.
“Tanpa adanya jaminan keamanan, upaya intervensi kemanusiaan tidak dapat dilaksanakan secara optimal dan berkelanjutan,” kata dia.
PGI menyadari bahwa penyelesaian persoalan Papua merupakan proses yang kompleks, membutuhkan waktu, dialog yang jujur, serta kerja sama semua pihak.
Namun demikian, di tengah situasi konflik yang terus berlangsung, perlindungan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keselamatan warga sipil harus menjadi prioritas utama yang tidak dapat ditunda.
Sehubungan dengan hal tersebut, kata Jacklevyn, dalam terang perayaan Natal, kelahiran Yesus Kristus sebagai Sang Raja Damai, PGI mendorong penerapan koridor kemanusiaan sepanjang masa Natal hingga akhir tahun 2025, guna menjamin akses yang aman dan bebas hambatan bagi pelayanan kemanusiaan di wilayah-wilayah terdampak konflik.
Kemudian, mengimbau kepada seluruh pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata di Papua untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan menahan diri dari tindakan yang dapat memperparah penderitaan masyarakat sipil.
“Menegaskan pentingnya perlindungan terhadap pengungsi, terutama perempuan, anak-anak, lansia, dan kelompok rentan lainnya, agar penanganan pengungsian dilakukan secara aman, bermartabat, dan berkeadilan,” kata dia.
PGI juga mendorong pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan distribusi bantuan kemanusiaan, termasuk pangan, layanan kesehatan, serta pendampingan psikososial dan pastoral, dapat menjangkau seluruh pengungsi tanpa diskriminasi.
“Mengajak gereja-gereja untuk mengingat dan mendoakan saudara-saudara yang menjadi korban konflik bersenjata di Papua dalam perayaan Natal,” katanya.
PGI berharap bahwa melalui penerapan koridor kemanusiaan, para pengungsi di Papua dapat merayakan Natal dalam suasana yang lebih aman dan manusiawi, serta merasakan damai sejahtera yang sejati.




