Top
Begin typing your search above and press return to search.

Sebanyak 251 jurnalis tewas dan 650 ribu anak di Gaza terancam kelaparan .

Ghirass Foundation dari Lebanon menyampaikan laporan kondisi krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina, setelah 711 hari genosida Israel berlangsung.

Sebanyak 251 jurnalis tewas dan 650 ribu anak di Gaza terancam kelaparan .
X

Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.

Ghirass Foundation dari Lebanon menyampaikan laporan kondisi krisis kemanusiaan di Gaza, Palestina, setelah 711 hari genosida Israel berlangsung.

Dalam kunjungannya ke Indonesia hari ini, organisasi kemanusiaan internasional itu mengungkapkan fakta-fakta mengerikan terkait jumlah korban jiwa, kehancuran fasilitas kesehatan, serta tertahannya bantuan kemanusiaan yang semakin memperburuk penderitaan warga sipil.

Executive Director Ghirass Foundation, Haitham Mahmoud menegaskan, kebebasan pers di Gaza turut menjadi sasaran.

Data yang mereka himpun menunjukkan 251 jurnalis terbunuh, 429 jurnalis mengalami luka berat, dan 48 jurnalis ditahan oleh Israel.

“Ini preseden buruk bagi dunia internasional karena wartawan yang seharusnya dilindungi justru menjadi target serangan,” kata Haitman di Media Breafing bertema Update Situasi Gaza Palestina di Menara Dakwah Jakarta, Selasa (16/9/2025).

Tak hanya kalangan jurnalis, ia mengungkapkan, sistem kesehatan Gaza juga lumpuh.

"Sebanyak 90 persen rumah sakit hancur, sehingga kini hanya tersisa 6 rumah sakit yang masih bisa beroperasi," ungkapnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto, Selasa (16/9).

Ia menyebut rumah sakit tersebut harus melayani jutaan warga yang selamat dari serangan, namun jumlah tenaga medis, obat-obatan, hingga ruang perawatan sangat terbatas.

“Bayangkan bagaimana sulitnya warga mendapatkan pelayanan kesehatan ketika rumah sakit yang ada nyaris tidak mampu menampung pasien,” jelasnya.

Kondisi warga sipil kian mengkhawatirkan. Ratusan ribu orang dilaporkan meninggal dunia, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan.

"Banyak perempuan Gaza kini menyandang status janda setelah kehilangan suami, sementara ribuan anak menjadi yatim piatu," papar ya.

Kemudian, sebagian keluarga terpaksa mencari jalan keluar ke negara lain untuk mendapatkan pengobatan, karena fasilitas kesehatan di Gaza tidak lagi memadai.

Laporan Ghirass Foundation juga mencatat angka mencengangkan terkait krisis gizi.

"Sekitar 650 ribu anak-anak berisiko meninggal dunia akibat kekurangan nutrisi dan kelaparan. Bahkan, terdapat 40 ribu bayi di bawah usia satu tahun yang nyaris kehilangan nyawa karena tidak memperoleh susu formula. Padahal, kebutuhan susu formula di Gaza mencapai 250 ribu unit per bulan, namun akses distribusi tertutup akibat blokade Israel," tuturnya.

Selain itu, sebanyak 111.600 bantuan kemanusiaan berupa pangan, obat-obatan, dan perlengkapan medis tercatat tidak bisa masuk ke Gaza.

Situasi ini memperburuk penderitaan warga sipil yang sudah hidup dalam kondisi sangat terbatas.

“Blokade yang dilakukan Israel telah menutup jalur masuk bantuan kemanusiaan. Hal ini semakin mengancam kehidupan anak-anak dan perempuan yang menjadi kelompok paling rentan,” ujar Haitham.

Dalam kesempatan itu, Ghirass Foundation menyerukan solidaritas global agar dunia internasional segera mengambil langkah nyata menghentikan krisis kemanusiaan.

“Gaza membutuhkan perhatian serius. Tanpa tekanan internasional, penderitaan rakyat Palestina akan terus berlanjut,” pungkasnya.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire