Siswa Sekolah Rakyat, ikut pertukaran pelajar di Thailand

Muhammad Saifullah (17), satu dari empat siswa SRMA 21 Surabaya yang terlibat dalam program pertukaran atau Sister School di Khon Kaen University Thailand, Agustus 2025
Muhammad Saifullah (17), satu dari empat siswa SRMA 21 Surabaya yang terlibat dalam program pertukaran atau Sister School di Khon Kaen University Thailand, Agustus 2025
Hari mulai sore, namun para siswa di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 21 Surabaya masih terus beraktivitas. Salah satunya, Muhammad Saifullah (17) yang tampak fokus memperhatikan penjelasan guru. Saiful, sapaan akrabnya, adalah satu dari empat siswa SRMA 21 Surabaya yang terlibat dalam program pertukaran atau Sister School di Khon Kaen University Thailand, Agustus 2025
Pertama kali menginjakkan kaki di negeri Gajah Putih, Saiful tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia sekaligus bangga. “Senang banget, karena baru pertama kali naik pesawat, bangga juga ke luar negeri untuk mengikuti student exchange,” katanya saat ditemui usai jam pelajaran di SRMA 21 Surabaya, beberapa waktu lalu.
Program ini merupakan hasil kerja sama SRMA 21 Surabaya dengan Labschool Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Sebanyak 13 orang terdiri dari siswa Sekolah Rakyat serta siswa Labschool Unesa terlibat dalam kegiatan ini.
Tidak sembarangan, para siswa Sekolah Rakyat yang ikut ke Thailand dipilih berdasarkan kemampuan Bahasa Inggris dan bakatnya. Dari total 97 siswa, terpilih 4 siswa terbaik dari masing-masing Rombongan Belajar (Rombel) yang berbeda.
“Dipilih melalui Bahasa Inggris, juga karena bakatnya, ada yang bakatnya menari dan juga rias untuk memperlihatkan budaya Indonesia ke Thailand. Terus yang lainnya, ke kemampuan Bahasa Inggrisnya, komunikasi Bahasa Inggrisnya,” jelas Saiful.
Sejak SMP, Saiful mengaku senang dengan mata pelajaran Bahasa Inggris. Di Sekolah Rakyat, Ia menuturkan telah belajar simple past tense, simple present tense, serta deskriptif text. “Aku paling suka Bahasa Inggris. Soalnya Bahasa Inggris itu sangat seru. Bahasanya juga cukup gaul-gaul,” ujarnya.
Kegiatan di Thailand mencakup aktivitas sit in class Khon Kaen Demonstration School bagi siswa SMP dan Pre-University Class di Fakultas Ilmu Pendidikan Khon Kaen University bagi siswa SMA. “Belajar tentang Bahasa Inggris, bahasa lebih mendalam, sama aja sih belajarnya. Seperti simple present tense, simple past tense itu, dan juga grammar, serta belajar kimia tapi menggunakan Bahasa Inggris,” ucap Saiful.
Para siswa Sekolah Rakyat belajar banyak hal selama di Thailand, termasuk memperkenalkan budaya Indonesia melalui tari tradisional dari Jawa Timur yaitu Tari Remo yang dibawakan dengan narasi Bahasa Inggris.
“Itu pas awal-awal masuk ke universitasnya, langsung kita seremoni apel pagi itu, bersama rektor yang ada di sana. Kita menampilkan dua tarian, yaitu Tari Remo dari Sekolah Rakyat, dan juga Tari Jaipong dari Labschool,” ujarnya.
Selain kegiatan pembelajaran di ruang kelas, para siswa Sekolah Rakyat juga diajak mengenali kebudayaan lokal melalui social study di Bangkok dan Laos. “Ke Laos, untuk city tour, itu ke tempat souvenir, terus tempat patung Buddha, sama ke museum gitu. Itu selama satu hari, dari pagi sampai sore,” kata Saiful.
Pengalaman berkunjung ke Thailand adalah momentum yang tidak terlupakan bagi keempat siswa Sekolah Rakyat, khususnya Saiful. “Harapanku untuk tahun depan semoga bisa ada lagi dan bisa terpilih lagi untuk menjadi salah satu peserta student exchange ke luar negeri,” ungkapnya.
Saiful datang dari keluarga broken home. Orang tuanya bercerai saat usianya masih 5 tahun. Sejak saat itu, Saiful tidak tau kabar Ibunya, bahkan untuk sekedar komunikasi lewat gawai saja tidak pernah.
Tidak mudah bagi anak tunggal seperti Saiful untuk hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Ia tumbuh menjadi anak yang tertutup dan lebih senang menyendiri. “Pas saya di SD dan SMP, saya itu orangnya sangat introvert, jarang bergaul,” kata Saiful.
Namun, di Sekolah Rakyat hidupnya mulai berubah. Berkat sistem berasrama serta kebersamaan dari lingkungan sekitar, Ia lebih mudah bergaul dan berkomunikasi. “Biasanya kalau saya pulang sekolah itu jalan kaki sendirian, namun di sini ditemani sama banyak teman-teman, terus di sini juga saya mulai bisa menjadi extrovert. Di sini saya lebih mudah ngobrol sama seseorang,” ungkapnya.
Selama kurang lebih 3 bulan, Saiful merasakan hangatnya suasana Sekolah Rakyat. Menurutnya guru-guru di SRMA 21 Surabaya berpengalaman dan memiliki metode mengajar yang menarik, sehigga mudah dipahami.
Sebanyak 18 orang guru memberikan pembelajaran di kelas kepada para siswa. Sementara itu, sebanyak 11 orang wali asuh dan 3 orang wali asrama memberikan pendampingan siswa selama di Sekolah.
Disamping guru-guru dan tenaga kependidikan yang memadai, fasilitasnya pun tidak kalah unggul. “Fasilitasnya di sini sangat nyaman, karena sudah ber-AC, memiliki wastafel, dan kasurnya yang sangat empuk,” ujar Saiful.
Sekolah Rakyat tidak hanya mengajarkan pengetahuan, namun membentuk karakter. Hal itu yang dirasakan Saiful. Ia mengaku lebih rajin beribadah dan belajar saat di Sekolah Rakyat.
“Pas saya masih di rumah itu, belum di sini itu, saya sangat jarang banget beribadah sama belajar. Setelah di sini, saya sangat rajin untuk beribadah dan belajar. Soalnya di sini teman-temannya asyik, gurunya juga. Akhirnya membuat saya menjadi termotivasi dan melakukan rajin itu secara istiqomah,” tuturnya.
Sekolah Rakyat memberikan secercah harapan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu seperti Saiful untuk mengubah nasibnya. Membentuk karakter dan membuka mimpi yang sebelumnya terpendam.
“Melalui cita-cita saya, saya juga ingin mengubah ekonomi keluarga saya yang sedang turun seperti ini. Saya juga ingin membahagiakan orang tua saya, serta mengumrohkan mereka,” pungkasnya.
Penulis: Hutomo Budi/Ter




