ViGenK: Ayu Kartika Dewi ajak netizen bukan adu ego di media sosial tapi berdialog

Foto ilustrasi : Radio Elshinta
Foto ilustrasi : Radio Elshinta
Media sosial kini menjadi cermin bagaimana manusia berinteraksi di dunia nyata. Hal itu disampaikan Ayu Kartika Dewi, penggerak toleransi sekaligus Co-founder SabangMerauke, dalam program Visi Generasi Kini (ViGenK) Radio Elshinta, Sabtu (18/10/2025).
Menurut Ayu, ruang digital seharusnya menjadi wadah dialog dan pembelajaran, bukan arena adu ego atau tempat saling menyerang. “Media sosial itu cermin dari interaksi kita di dunia nyata. Kalau di dunia nyata kita bisa saling menghargai, seharusnya di dunia digital pun bisa begitu,” ungkapnya kepada News Anchor Eka Kurniasari.
Aktivis sosial sekaligus Staf Khusus Presiden di Bidang Sosial tahun 2019 – 2024 ini menilai, di tengah banyaknya anak muda yang menggunakan media sosial untuk gerakan sosial dan edukasi, masih ada sebagian yang menjadikannya tempat meluapkan emosi tanpa kendali. Salah satu penyebabnya, adalah hilangnya rasa kemanusiaan dalam komunikasi daring.
“Kita tidak melihat wajah orangnya, tidak tahu ekspresinya. Padahal hal-hal nonverbal seperti itu penting agar kita bisa berempati,” jelasnya.
Perempuan kelahiran 27 April 1983 ini juga menekankan pentingnya membedakan antara kritik dan ujaran kebencian. “Kritik bertujuan memperbaiki, sementara ujaran kebencian ingin menyakiti. Kita harus tahu bedanya: apakah kita sedang mengkritik tindakannya, atau membenci orangnya,” tegasnya.
Dalam sesi ViGenK tersebut, Ayu berbagi pengalaman pribadi ketika mengikuti pelatihan dialog lintas budaya di Eropa. Saat itu dia belajar tidak membenci orang yang memiliki pandangan berbeda, meskipun tidak sepakat dengan tindakannya.
“Dialog itu bukan soal membenarkan, tapi memahami. Dari situ kita belajar menumbuhkan empati,” kata magister di program studi Master of Business Administration di Universitas Duke ini.
Ayu juga menyoroti fenomena generasi muda yang kerap menyebut diri “open-minded”, namun mudah menghakimi di kolom komentar.
“Open-minded bukan berarti bebas bicara seenaknya. Justru intinya adalah empati dan kerendahan hati — mengakui bahwa kita bisa saja salah,” tutur salah satu peraih penghargaan Wardah 10 Inspirational Beauty 2017.
Menutup perbincangan di Visi Generasi Kini, Ayu mengajak generasi muda agar lebih sadar sebelum berkomentar di dunia maya. “Ambil jeda sebelum merespons. Sadari emosi kita, lalu pikirkan apa tujuannya. Kalau tujuannya perubahan, menyerang bukan caranya,” pesan Ayu.
Penulis: Dedy Ramadhany/Ter