VIGENK: Kisah inspiratif Dian Rana, pegiat literasi digital berawal karyawan back office

Dian Rana di depan Istana Garuda, IKN, Kalimantan Timur
Dian Rana di depan Istana Garuda, IKN, Kalimantan Timur
VIGENK (Visi Generasi Kini), salah satu program spesial di Elshinta, yang hadir setiap Jumat, sekali dalam dua pekan. Berbagai generasi muda yang memiliki kisah inspiratif telah dihadirkan sebagai narasumber. Dan, salah satunya, Dian Rana, yang hadir di episode VIGENK, Jumat (26/9/2025) sore, dengan judul 'Digital Advocacy: Cara Anak Muda Menyuarakan Ide Lewat Media Sosial'.
Dian Rana, dikenal sebagai kreator digital sekaligus pegiat literasi digital. Jumat pekan ini, Dian berbagi kisah perjalanannya dari karyawan back office hingga menjadi salah satu suara publik yang aktif menyuarakan perkembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) melalui media sosial.
Pria asal Kalimantan Timur tersebut mengawali cerita dengan latar belakangnya yang sempat bekerja di Balikpapan. Awalnya, dia punya kebiasaan menggunakan waktu luang di akhir pekan, yang dimanfaatkan membuat konten ringan menggunakan perangkat seadanya. Tanpa disangka, unggahan sederhana tentang wilayah Kalimantan Timur, khususnya seputar IKN, menyita perhatian warganet.
“Komentar-komentar masuk, banyak yang penasaran tentang Ibu Kota Baru. Memang saya tinggal tidak terlalu jauh dari lokasi IKN. Akhirnya saya coba angkat topik itu secara konsisten,” ujar Dian kepada Ariek Kristo, anchor Elshinta, Jumat sore.
Keputusannya berhenti dari pekerjaan kantoran dan fokus menjadi kreator konten, bukanlah hal mudah. Namun, dengan tekad dan kesadaran soal potensi dampak positif kontennya, maka Dian mantap mengambil langkah besar. Dan, itu bukan keputusan yang salah.
Kini, ia tinggal di sekitar kawasan IKN dan rutin membagikan informasi visual terkini terkait pembangunan dan kehidupan di wilayah tersebut. Dengan lebih dari 32 ribu pengikut di media sosial dan lebih dari seribu unggahan, Dian tidak hanya menyajikan konten informatif, tapi juga konsisten menyuarakan pentingnya digital advocacy atau advokasi digital. Namanya bersinar di jagad maya.
Ia menekankan bahwa menjadi kreator digital bukan hanya soal mengejar viralitas atau cuan cepat. “Yang penting bukan seberapa banyak yang nonton, tapi apakah konten kita berdampak. Satu video bisa menginspirasi satu orang, dan orang itu bisa menyebarkan pesan lebih luas lagi. Itu yang saya pikirkan setiap kali membuat konten,” jelasnya.
Dian juga menyoroti tantangan penyebaran informasi palsu atau hoaks dan tidak terverifikasi di media sosial. Menurutnya, penting bagi setiap kreator untuk melakukan verifikasi ganda sebelum membagikan opini atau informasi.
“Kadang niat kita baik, tapi kalau sumbernya salah, ya jadinya malah misleading. Verifikasi itu penting. Saya biasanya cari berita nasional dulu sebagai pembanding,” tambah pria kelahiran Bandung, 2 Februari 1988 ini.
Dalam wawancara yang berlangsung hangat, Dian juga memberikan tips bagi generasi muda yang ingin memulai karier sebagai kreator digital. Menurutnya, jangan menunggu peralatan canggih atau kondisi sempurna untuk memulai.
“Gunakan yang ada dulu. Kebanyakan anak muda sekarang kan punya smartphone dengan kamera yang bagus. Mulai dari situ. Baru nanti tahu, kita perlu apa dan konten kita arahnya ke mana,” jelasnya.
Ia juga menyarankan agar pemula tidak langsung melepas pekerjaan utama demi menjadi kreator penuh waktu, kecuali memang sudah matang secara finansial dan strategi. “Di awal, buat saja konten sebagai selingan. Jangan terlalu berharap dari pendapatan dulu, fokus pada dampak dan konsistensi,” katanya.
Dian menegaskan bahwa advokasi digital bukan hanya soal menyampaikan opini, tetapi juga tentang menyebarkan informasi yang benar, mendidik, dan bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. “Kita bisa menyuarakan apapun, tapi jangan asal lempar ke ruang publik ya. Cek dulu, cocok nggak dengan target audiens, relevan nggak dengan konteksnya,” katanya.
Sebagai penutup, Dian berharap lebih banyak anak muda bisa memanfaatkan media sosial secara positif. “Jangan cuma rame online, tapi juga harus berdampak nyata. Kalau bisa konsisten, punya niat baik, dan peduli dengan dampaknya—kontenmu akan menemukan jalannya sendiri,” tutupnya.
Penulis: Dedy Ramadhany/Ter